Peringati 76 Tahun Peristiwa Nakba, UnpadSJP Kembali Gelar Aksi Bela Palestina

UnpadSJP bersama beberapa mahasiswa dan dosen menggelas aksi bela Palestina di sekitar area Bundaran Tanjakan Cinta, Unpad pada Rabu (15/5) sore lalu. (dJatinangor/Fuza Nihayatul)

dJatinangor.com — Aksi bela Palestina yang diinisiasi oleh Unpad Student for Justice in Palestine (UnpadSJP) digelar untuk memperingati 76 tahun peristiwa Nakba pada Rabu (15/5) lalu. Aksi ini dimulai di area Brooklyn Barat dan Brooklyn Timur kemudian dilanjutkan dengan short march ke area Bundaran Tanjakan Cinta.

Seperti aksi sebelumnya, aksi ini diramaikan oleh bunyi klakson dari pengendara motor ataupun mobil yang lewat sebagai bentuk dukungan terhadap aksi tersebut.

Gelombang aksi solidaritas untuk Palestina ini dihadiri oleh sekitar 60 lebih mahasiswa dan dosen Unpad. Mereka menuntut Israel dan sekutu-sekutunya untuk segera mengakhiri genosida terhadap Palestina.  

Rofid, Koordinator Lapangan UnpadSJP menyatakan tuntutan tersebut sejalan dengan peringatan 76 tahun Nakba, peristiwa dimulainya genosida secara besar-besaran.

“Genosida tidak berlangsung baru 7 Oktober gitu. Oleh karenanya tadi disebut sejak awal sudah problematik. Itulah narasi Nakba yang kami angkat bahwa penjajahan ini sudah berlangsung sejak 1948” ucap Rofid kepada dJatinangor.com pada Rabu (15/5) sore lalu.

Rofid menambahkan, pihaknya juga tengah gencar menyebarkan ajakan untuk memboikot produk-produk pro-Israel dalam rangka mendukung Palestina melawan genosida.

“Dari kami Insyaallah akan mengadakan sosialisasi mengenai produk-produk apa yang perlu diboikot. Kami akan masifkan lagi pengadaan poster-poster dan juga kampanye luring dan daring” 

Ada enam poin utama dalam pernyataan sikap yang disampaikan pada aksi tersebut

  1. Mengecam dan mengutuk Israel dan sekutu-sekutunya, seperti Amerika Serikat, Uni Eropa, dan Kanada yang terus melakukan genosida di Gaza. Amerika tidak layak menyebut dirinya negara demokrasi karena sejatinya Amerika adalah pendukung utama kejahatan kemanusiaan yang brutal dan sadis Tanpa kiriman senjata dan hak veto Amerika di Dewan Keamanan PBB, Israel tidak akan demikian leluasa melakukan genosida.
  2. Menuntut International Court Of Justice (ICJ) dan International Criminal Court (ICC) untuk mempercepat proses peradilan atas kejahatan perang Israel sehingga ada kepastian hukum di dunia internasional. 
  3. Mendesak negara tetangga, seperti Mesir dan Yordania untuk membuka akses kemanusiaan yang seluas-luasnya ke Palestina.
  4. Mendukung sikap resmi Pemerintah Republik Indonesia agar tetap konsisten dalam membela Palestina dan menolak membuka hubungan diplomatik dengan Israel. 
  5. Mengajak seluruh komponen masyarakat secara umum dan seluruh sivitas akademika, termasuk mahasiswa, dosen, guru besar, dan rektor secara khusus untuk meningkatkan kesadaran, kepedulian, dukungan, aksi materiel dan nonmateriel dalam upaya mendukung rakyat Palestina untuk memperjuangkan hak-hak kemanusiaan dan kemerdekaannya.
  6. Bertekad dan berusaha menghentikan semua aktivitas ekonomi yang akan menguatkan Israel dan pendukungnya dalam lingkungan Unpad, dalam bentuk memboikot seluruh produk yang terang-terangan mendukung Israel dan proyek kolonialnya. 

Nakba, 76 tahun Genosida

Nakba atau “malapetaka” merupakan sebuah peristiwa pembersihan etnis dan pengusiran lebih dari 750 ribu warga palestina dari tanahnya sendiri oleh bangsa Yahudi yang ingin mendirikan negara Israel di tanah Palestina. Peristiwa itu terjadi saat menjelang dan sepanjang tahun 1948 silam.

Kini, setelah 76 tahun peristiwa tersebut, Israel telah menewaskan korban sebanyak 35.173 jiwa sejak peristiwa serangan 7 Oktober lalu. Sebagian besar korban sipil yang berjatuhan dilaporkan adalah anak-anak dan perempuan.

Ketua BEM Kema Unpad 2024, Fawwaz Ihza Mahendra juga turut menyampaikan orasinya terkait peristiwa Nakba dan serangan Israel kepada Palestina kini.

“Kemarin kita melihat di banyaknya video-video yang beredar, anak kecil yang harusnya di sore hari bermain, tapi harus melihat gedung-gedung taman bermain mereka hancur berkeping-keping. Pada saat malam seharusnya mereka bisa belajar dan tidur tetapi tidak bisa tidur karena terus mendengar jeru jet yang terus berkeliaran dan juga suara roket” seru Fawwaz dalam orasinya.

Penulis: Fuza Nihayatul
Editor: Ridho Danu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *