Duduk Perkara Konflik Panitia dan Mahasiswa Baru di Prabu 2024

Kegiatan parade organisasi mahasiswa pada gelaran Prabu 2024 hari kedua, Selasa, 13 Agustus 2024 di Universitas Padjadjaran. (dJatinangor/Claudio Pramana)

djatinangor.com — Penerimaan Raya Mahasiswa Baru (Prabu) Universitas Padjadjaran telah selesai digelar pada Rabu (14/7) lalu. Namun, gelaran tersebut tak lepas dari adanya kritik, terutama yang datang dari pihak mahasiswa baru. Kritik yang dilayangkan pun turut mengemuka di media sosial, khususnya melalui akun menfess di X @DraftAnakUnpad.

Prabu tahun ini mengusung tema “Rasa Bahagia Padjadjaran” yang digelar selama tiga hari dari 12-14 Agustus. Namun, beberapa mahasiswa baru merasa tema tersebut belum sepenuhnya terealisasi. Mereka akhirnya melayangkan kritik terkait penyelenggaraan Prabu melalui akun menfess @DrafAnakUnpad pada Selasa (13/7) lalu.

Kritik tersebut menyasar pada permasalahan penempatan peserta Prabu pada hari kedua, Selasa (13/7). Pasalnya, beberapa mahasiswa baru yang datang lebih pagi untuk mengambil tempat di acara talkshow justru diminta melakukan gladi resik mozaik yang menyebabkan mereka tidak bisa ikut mengikuti kegiatan talkshow.

Senada dengan yang viral di X, salah satu mahasiswa baru juga mengungkapkan keluhan yang sama.

“Panitia Prabu ini kurang apa, ya, kurang menghargai orang yang datang lebih awal. Kayak hari ini aja saya datang jam 5 itu dengan tujuan, ya pengen ketemu Guest Star-nya kan, pas datang disini malah ditaruh di Gor Jati” ungkap Andika, mahasiswa baru Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (FMIPA).

Berdasarkan keterangan yang diterima dJatinangor, mahasiswa yang datang paling pagi langsung diarahkan ke Gor Jati untuk melakukan gladi Mega Present berupa mozaik. Padahal mereka yang datang lebih awal justru karena ingin menghadiri sesi bersama Guest Star, Jerome Polin.

“Jadi pengen dateng pagi, pengen duduk paling depan lah, pengen ketemu Guest Star. Tapi pas kita kesini, pas kita masuk malah diarahin ke Gor Jati, yang 12 kelompok awal itu kan. Yang sisanya, yang telat gitu malah ketemu Kak Jerome,” tutur Faisal, mahasiswa baru Fakultas Peternakan.

Padahal mahasiswa baru dari 12 kelompok (200 orang per-kelompok) yang melakukan gladi mozaik pada Selasa pun belum tentu menjadi peserta Mega Present pada Rabu. Sebab sistem kelompok yang diterapkan adalah berdasarkan kedatangan, sehingga tidak ada kelompok yang tetap dan terus berganti.

Jawaban Prabu

Tim djatinangor.com berkesempatan untuk mewawancarai pihak panitia Prabu. Irfany, selaku Wakil Kepala Divisi Humas Prabu menjelaskan bahwa penempatan peserta diatur berdasarkan berbagai pertimbangan. 

Termasuk, saat menentukan peserta yang akan mengikuti kegiatan Mega Present Mozaik pada hari ketiga. Menurutnya, peserta mozaik diarahkan untuk yang datang lebih awal untuk memudahkan pengelompokkan dan menghemat waktu.

“Untuk penempatan maba ini sudah diatur sedemikian rupa oleh semua bidang agar acara berjalan lancar ya, salah satunya agar temen-temen Pramuda juga nggak ketinggalan lebih banyak mata acara jadi panitia sudah menyesuaikan waktu yang ada untuk penempatan Pramuda,” jelasnya melalui keterangan tertulis.

Irfany juga menegaskan bahwa tidak memungkinkan bagi seluruh peserta untuk bertemu Jerome secara langsung karena keterbatasan waktu. Dia pun turut menyampaikan permintaan maafnya.

“Kami meminta maaf temen-temen Pramuda belum bisa bertemu Jerome secara keseluruhan. Semoga ada kesempatan lain!” ujarnya.

Selain itu, salah satu fasilitator Prabu 2024 pun turut menanggapi adanya keluhan ini. Menurutnya, sistem kelompok berdasarkan kedatangan itu kemungkinan guna kelancaran acara gladi Mega Present.

“Menurut saya sih, logikanya, kayaknya karena dari (divisi) Kreasi butuh orang (maba) sebanyak 2.400 pas, jadi untuk mempermudah maka yang lebih awal datang yang diarahkan untuk gladi. Kalo misal ngambil dari yang akhir atau pertengahan itu kan gak pasti dapet 2.400 orang, bisa aja kurang dan makan waktu lama” ujarnya kepada djatinangor.com pada Sabtu (17/7).

Selain keluhan pada hari kedua gelaran Prabu, pada hari pertama pun turut mendapatkan keluhan. Sebagian mahasiswa baru merasa jalur yang dipakai kurang efektif ketika mereka mobilisasi. Selain itu, penempatan yang datang lebih awal pun merasa kurang adil. Panitia dinilai kurang menghargai usaha mahasiswa baru untuk datang lebih awal.

“Seperti yang kemarinnya (Senin tanggal 12) nggak terlalu pagi juga, tapi masih bisa dibilang pertengahan lah. Itu dapatnya di bagian belakang, cuma bisa lihat megatron. Sementara yang kelompok terakhir itu kelompok 40an lah. Malah diarahin ke depan. Jadi kayak menurut saya, ini kenapa kayak gini. Padahal kan saya yang datang lebih awal,” keluh Dika mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya ketika sedang istirahat di sekitar Fakultas Ilmu Komunikasi kepada djatinangor.com Selasa (13/7).

Terlepas dari keluhan yang muncul, Prabu 2024 tetap berlangsung dengan lancar. Acara ini melibatkan lebih dari 7 ribu mahasiswa baru dan 2.400 diantaranya mengikuti kegiatan Mega Present yang membentuk mozaik menggunakan media nampan di Gor Jati.

Sebagai catatan keluhan serupa juga muncul pada pelaksanaan Prabu tahun lalu, di mana beberapa mahasiswa merasa ada ketidakadilan dalam penempatan peserta. Hal ini menunjukkan bahwa masalah ini belum sepenuhnya teratasi oleh panitia penyelenggara.

Prabu selanjutnya diharapkan dapat menjadi momentum bagi penyelenggara untuk melakukan evaluasi menyeluruh, terutama dalam hal komunikasi dan penempatan peserta, guna memastikan pengalaman yang lebih merata dan menyenangkan bagi seluruh mahasiswa baru Unpad di masa mendatang.

Penulis: Yoga Firman
Editor: Ridho Danu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *