
D: yang nanya
U: yang punya jawaban
kalo punya pacar tapi jarang ngabarin. Kalo lo ga ngehubungi duluan bisa bisa ngabarin kalo udah malam doang (padahal lo tau dia lagi ga ngampus seharian). Di chat, bales sejam kemudian. Kalo pergi kemana jarang kasitau. Malem minggu aja kadang ga muncul. Punya pacar berasa ga punya ga sih? Putusin aja apa ya?
Sejak pertengahan 2016 lalu, pesan-pesan seperti di atas saban muncul di linimasa aplikasi messenger LINE anak-anak Universitas Padjadjaran (Unpad). Pesan di atas disukai 11 orang, dikomentari 43 kali, dan dibagikan 18 kali. D (dari) adalah pengirimnya, U (untuk) adalah tujuan pesannya, dan IP adalah isi pesan. Pesan “curhat” ini dikirim lewat akun LINE@ bernama “Pesan Anak Unpad”.
Salah satu mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi (Fikom) Unpad, Yunus Insan Wicastya, pernah menjadi “korban” dari Pesan Anak Unpad ini. Perannya menjadi Komandan Lapangan (Danlap) dalam Penerimaan Mahasiswa Baru Fikom 2016 rupanya membuat dirinya mendapat banyak perhatian dari banyak mahasiswa/i baru (maba).
“Gue sih gak risi dengan itu,” kata Yunus. Saat ditanya tentang bagaimana pandangannya secara umum tentang Pesan Anak Unpad, “Gue melihatnya buat seneng-seneng aja sebagai hiburan, gak ada masalah.”
Saat ini, akun Pesan Anak Unpad sudah diikuti oleh lebih dari 15.000 orang. Sebagai perbandingan, angka pengikut akun Badan Perwakilan Mahasiswa (BPM) Kema Unpad “hanya” 1/5 dari itu. Dibanding akun Kema Unpad yang dikelola Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Kema Unpad, pengikut Pesan Anak Unpad sudah setengahnya walau belum setahun beroperasi.
“Awalnya saya emang iseng-iseng aja,” cerita Tri Apriyansyah, founder akun bersangkutan. Ia memang mengaku mengambil inspirasi dari akun-akun serupa yang sebelumnya sudah ada di banyak kampus, seperti Draft ITS, Draft Unair, dan lain-lain. “Ya, ATM lah – amati, tiru, modifikasi.”
Pesan-pesan seperti ini memang dipopulerkan oleh akun di medium yang sama bernama “Draft SMS”. Draft atau draf, menurut KBBI, berarti rancangan atau konsep (surat). Dalam konteks Draft SMS, draf berarti pesan yang tidak terkirim karena banyak hal dan hanya tersimpan sebagai draf. Sejak akun ini populer, mahasiswa-mahasiswa pun mengadopsi format seperti ini.
“Namun, di Unpad kami coba berikan inovasi gitu,” jelas mahasiswa Sejarah Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Unpad mencoba membedakan kreasinya dari yang lain. Pemilihan kata “pesan” bukannya “draf” adalah salah satunya. Menambahkan, “pesan itu bisa jadi pesan usaha, pesan event, pesan aspirasi. Lebih luas maknanya.”
Memang, Pesan Anak Unpad tidak hanya berisi pesan-pesan curhat seperti di atas. Tri membagi-baginya dengan menggunakan tagar; #PesanMembantu, #PesanUsaha, #PesanEvent, #PesanAspirasi, bahkan #TanyaPakRektor. Dua yang terakhir didominasi pesan yang berisi tanggapan atau kritik terhadap hal-hal yang terjadi di Unpad, khusus #TanyaPakRektor digunakan untuk merespon kebijakan yang ada di Unpad.
“Kalau yang #TanyaPakRektor memang belum berjalan betul. Yang #PesanAspirasi sudah banyak,” jawab admin akunnya ketika di-chat langsung. #PesanAspirasi memang rata-rata mendapat banyak mendapat respon massa.
Salah satunya berisi seperti ini, “Tindakan kriminal di UNPAD harus diselesaikan dengan segera, jangan sampai Uvuvwevwevwe Onyetenyevwe Ugwemubwem Ossas yang turun tangan! Camkan!” Pesan kritik yang diselipkan dengan candaan yang menyebutkan nama salah satu meme yang terkenal saat itu disukai 66 kali, dikomentari 19 kali, dan dibagikan sepuluh kali.
Selain itu, dampak #PesanEvent dan #PesanMembantu tidak kalah penting. #PesanEvent digunakan untuk membantu mahasiswa/i mempromosikan acara-acara buatan mereka. Yunus juga memberikan pandangannya tentang #PesanMembantu sebelumnya. “Saat ada yang kehilangan, Pesan Anak Unpad membantu banget,” tukasnya.
Dosen Komunikasi Massa Fikom Unpad Justito Adiprasetio menganggap kurang pentingnya keberadaan Pesan Anak Unpad jika dilihat dari signifikansi pesan-pesannya. “Ya, isinya masih kebanyakan curhat-curhat soalnya,” jelasnya. Insignifikansi ini, menurutnya, juga bisa dilihat dari tidak semua pesan mendapat like dan komentar yang banyak.
Untuk #PesanAspirasi dan #TanyaPakRektor juga belum bisa dibuktikan apakah ini berdampak langsung terhadap perubahan kebijakan di Unpad. Ia menambahkan, “Sebenarnya perlu ada riset tentang ini, tapi tanpa data, saya belum bisa pastikan masih anggap ini (Pesan Anak Unpad) ini signifikan.” Anonimitas pengirim juga berpengaruh terhadap itu, “Anonimitas buat kita gak bisa menunjuk siapa yang harusnya bertanggung jawab terhadap suatu pesan”.
Walau begitu, ia tetap dapat melihat potensi dari akun ini. “Ya, bahkan dengan tantangan-tantangan yang ada dengan format pesan yang dipilih mereka,” tutupnya.
Reza Pahlevi
Editor: Gerhan Zinadine
mantap