Noktah Catatan Sejarah: ‘Padjadjaran Melawan’ Lawatan ke Senayan

Mahasiswa dari berbagai kampus yang tergabung dalam Aksi Peringatan Darurat Tolak RUU Pilkada, Kamis 22 Agustus 2024 di depan Gerbang DPR RI, Senayan, Jakarta. (dJatinangor/Claudio Pramana)

Kenyamanan hanya dipinjamkan sementara
Tunjukkan bahwa kau lah yang pegang percaya
Tunjukkan bahwa kau lah yang punya kuasa
Tunjukkan gemuruh gugatan rakyat semesta

“Di dalam sistem demokrasi yang bengkok akan ada insentif untuk membodohi rakyat agar kekuasaan terus terjaga” ucap Bagus Mulyadi dalam trailer Chronicles, segmen barunya di YouTube. 

Demokrasi, meski sejak lahirnya seharusnya menempatkan rakyat sebagai pemegang kendali, nyatanya di Indonesia, rakyat terus terinjak. Tahun ini, mereka dibodohi oleh pejabat negara.

Aksi Kamis (22/8) lalu menjadi momen kebangkitan rakyat, ribuan suara bergemuruh penuh amarah, memprotes demokrasi yang terang-terangan dikebiri.

Di tengah gelombang protes ini, mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad) turut serta tercatat sebagai sebuah noktah dalam sejarah. Mereka membawa gugatan Padjadjaran ke jantung kekuasaan di Senayan. Perjalanan panjang mereka dari Jatinangor ke Jakarta menjadi saksi tekad yang kuat untuk mempertahankan esensi demokrasi yang kian tergerus.

Sudah siapkah kau tuk melihat esok hari
Tanpa parasit yang makan lebih dari babi
Tanpa kaki yang bersepatu semahal sapi
Mulut yang semanis minuman berkarbonasi

Tindakan Badan Legislasi (Baleg) DPR RI yang menganulir putusan Mahkamah Konstitusi terkait Revisi UU Pilkada menjadi pemantik bagi kemarahan rakyat. MK telah memutuskan batas usia minimal calon kepala daerah 30 tahun saat pendaftaran dan mengubah ambang batas parlemen menjadi 6,5-10%.

Namun, dalam rapat kilat kurang dari satu jam, Baleg DPR menolak putusan MK, mempertahankan usia 30 tahun saat pelantikan dan ambang batas 20%. Tindakan ini dianggap mencederai demokrasi, mengabaikan MK sebagai ‘Guardian of Democracy’, dan dinilai sebagai upaya melancarkan jalan bagi kepentingan politik tertentu, termasuk rumor pencalonan putra bungsu Presiden Jokowi, Kaesang Pangarep dalam Pilkada.

Setelah rapat kilat Baleg DPR RI selesai pada Rabu (21/7) lalu, media sosial dipenuhi dipenuhi gambar Garuda Biru bertuliskan ‘Peringatan Darurat’ yang menandakan amarah rakyat. Seketika jagat maya membiru dengan orang-orang penuh amarah yang membara. 

Tak hanya di media sosial, amarah pun menyala di kehidupan nyata. Misalnya, sejumlah mahasiswa Unpad yang melakukan konsolidasi di Taman Alfa X. Konsolidasi ini segera diinisiasi oleh Departemen Propaganda dan Aksi (Proaksi) BEM Kema Unpad pada jam 20.00 WIB. Konsolidasi ini melahirkan rencana aksi demonstrasi ke Gedung DPR di Senayan, Jakarta esok harinya serta merumuskan beberapa tuntutan yang akan dibawakan.

Sudah siapkah kau tuk ciptakan esok hari
Kau kepung kastil yang berpura-pura peduli
Duduki atap hijau dan mereka kabur lari
Bendera warna-warni kau tak dipecah lagi

Padjadjaran Melawan Kelas Pindah ke Senayan

Matahari mulai menyingsing, sinarnya menyentuh kulit para mahasiswa yang mulai berdatangan ke Taman Alfa X sebagai titik berkumpul keberangkatan menuju aksi ke Jakarta. Beberapa dari mereka terlihat sedang sarapan sebagai “pondasi” untuk nantinya mengepung Gedung DPR yang dinilai telah mengangkangi konstitusi. Beberapa yang lain sibuk untuk mempersiapkan spanduk dan kertas sebagai media untuk menyuarakan keresahan mereka.

Sekitar jam 10.00 WIB bus yang telah ditunggu pun datang. Sebelum berangkat, Rakha Ananta, Wakil Kepala Departemen Proaksi BEM Kema Unpad sekaligus Koordinator Lapangan Aksi mengajak Kema Unpad untuk briefing terlebih dahulu. Dia memberikan beberapa arahan terkait aksi demonstrasi yang akan dilaksanakan di Jakarta nantinya. Pada jam 11.30 WIB lima bus yang berisi sekitar 350 mahasiswa Unpad pun melaju menuju Jakarta, meskipun sempat mengalami sedikit hambatan.

“Mari kita tunjukkan bersama amarah Padjadjaran, kawan! Hidup Mahasiswa! Hidup rakyat Indonesia! Hidup perempuan yang melawan!” seru Rakha, membangkitkan semangat juang rekan-rekan mahasiswa Unpad di sekelilingnya.

Tak ada waktu yang benar-benar tepat
Ciptakanlah sendiri
Tak ada tembok yang bener terlalu kuat
Rapatkan barisan petir di kepalan tangan

Teriknya matahari ibukota menyambut kedatangan mahasiswa Unpad di depan gedung TVRI, kurang lebih pada jam 15.00 WIB. Setelah kaki-kaki mereka turun dari bus, tak lama dari itu barisan sudah dirapatkan, tangan saling bergandengan, pun nyanyian turut dilantunkan. Mereka melakukan long march menuju depan gedung DPR RI.

Sebelum melangkah lebih jauh, para mahasiswa Unpad pun diberi asupan energi dari beberapa seniornya yang tergabung dalam Ikatan Keluarga Alumni (IKA) Unpad. Mereka memberikan nasi padang dan air putih sebagai bekal adik-adiknya.

“Makan dulu”
“Ini ambil nasi padangnya, dek”
“Jangan lupa ‘pondasi’ dulu sebelum aksi”

Begitulah beberapa kalimat yang terdengar saat mereka menyodorkan bantuan.

“Halo-halo Bandung
Ibu kota Periangan
Halo-halo Bandung
Kota kenang-kenangan
Sudah lama beta
Tidak berjumpa dengan kau
Sekarang telah menjadi lautan api
Mari bung rebut kembali”

Nyanyian di atas turut menggema menandakan kedatangan massa dari Unpad yang melebur ke dalam atmosfer demonstrasi. Ribuan demonstran pun turut menyambut dan berdiri menggemakan seruan “Halo-halo Bandung” di tanah Jakarta. Ribuan massa aksi tersebut gabungan dari mahasiswa, pelajar, publik figur, LSM, aktivis, dan elemen masyarakat sipil lainnya.

Ku tak memintamu tuk taruh nyawa di jalan
Ku hanya beritahu bahwa selalu ada jalan
Jika kau sangat serius ingin perubahan
Mereka kira kau lemah kau jadi setan

Keriuhan pun mulai terdengar dari berbagai sumber suara. Orasi, nyanyian, kemarahan, turut saling bersahutan. Semua suara tertuju pada satu arah: Gedung DPR. Segala aspirasi berasal dari banyak sumber: rakyat.

“Mereka takut dengan kita kawan-kawan! Mari kita jebol tempat yang seharusnya adalah milik kita! Kita kembali duduki gedung DPR itu!” teriak seorang perempuan dalam orasinya di atas angkot.

“Rapatkan barisan jangan mundur” sahut seorang lelaki yang kerap disapa Bung Krisno dari atas angkot yang lainnya.

Bayang-Bayang Represifitas Aparat

Senja mulai merambat, namun bukan cahaya lembut matahari yang menyapa para demonstran. Tiba-tiba, dentuman gas air mata memecah udara, asapnya mengepul di sekitar lokasi aksi. Sesak dan perih seketika menyergap para pengunjuk rasa, termasuk rombongan mahasiswa Unpad. Beberapa dari mereka pun akhirnya memutuskan untuk bergerak ke arah belakang.

Saat itu juga beberapa pagar yang melapisi gedung DPR akhirnya berhasil dijebol oleh para demonstran. Massa akhirnya bisa masuk ke dalam. Namun, beberapa dari mereka juga turut mendapatkan tindakan represif dari aparat. Pentungan, pukulan, dan tendangan melayang ke bagian tubuh mereka.

Sementara itu, Fawwaz Ihza, Ketua BEM Unpad yang berangkat terpisah bersama rombongan BEM Seluruh Indonesia (SI), mengalami tindakan represif dari aparat keamanan ketika masuk lewat gerbang depan DPR RI. Dia pun berlari meninggalkan barisan dan memasuki salah satu rumah warga.

“Sekarang dia (Fawwaz) sudah dibawa ke Rumah Sakit. Sudah ada kawan yang menemani juga disana” jelas Rhido, Wakil Ketua BEM Unpad pada jam 21.00 WIB.

Sudah siapkah kau tuk hidupi esok hari
Apapun yang kau percayai pasti hakiki
Siapapun yang kau cintai kau dihargai
Darimana kau datang dan pergi dilindungi

Di tengah suasana yang semakin memanas, rombongan mahasiswa Unpad yang sedang mobilisasi terlihat saling bergandengan. Meskipun begitu, nyanyian amarah pun terus dinyaringkan. “Perkuat barisan, jaga kawan!” terus bersahutan untuk memastikan bahwa semua orang aman.

Kenyamanan hanya dipinjamkan sementara
Tunjukkan bahwa kau lah yang pegang percaya
Tunjukkan bahwa kau lah yang punya kuasa
Tunjukan gemuruh gugatan rakyat semesta

Hari mulai gelap, para demonstran pun turut beristirahat di sekitar pinggir jalan Senayan PARK. Mereka pun menyantap makanan pemberian dari peserta aksi lainnya. Sebagian dari mereka juga terus berkoordinasi dengan berbagai pihak terkait kondisi terkini serta rencana selanjutnya.

Akhirnya didapati informasi bahwa gedung DPR RI sudah dapat dipastikan kosong. Selain itu, dalam beberapa pemberitaan, Dasco, Wakil Ketua DPR RI, mengatakan bahwa pengesahan revisi UU Pilkada batal dilaksanakan sehingga pada saat pendaftaran Pilkada nanti yang akan berlaku adalah keputusan Judicial Review MK. Kabar tersebut pun cukup melegakan sehingga semua demonstran dari Unpad pun bersiap untuk kepulangan.

“Dalam manajemen krisis seperti ini, langkah terbaik adalah mundur dan pulang, sebab kalo kita maju lagi pun udah gak ada lagi output yang bisa kita dapet” ujar Gading, Ketua BEM Fikom Unpad sekitar pada jam 18.30.

Rombongan Unpad tiba kembali di Jatinangor sekitar pukul 23.30 WIB, tepatnya di titik awal berkumpul, Taman Alfa X. Rhido, selaku Wakil Ketua BEM Unpad pun turut menyampaikan orasinya sebagai penutup aksi. Dia menuturkan bahwa perjuangan ke Senayan berbuah kemenangan dengan dibatalkannya revisis UU Pilkada. Namun, meskipun begitu, kemungkinan akan ada aksi lanjutan di esok harinya.

“Kemungkinan kita besok akan melakukan aksi lanjutan. Seperti yang mungkin teman-teman tahu bahwa aksi di Bandung mengalami berbagai tindakan represif dari aparat, maka sebagai bentuk solidaritas kita akan melakukan aksi bersama aliansi mahasiswa, koalisi masyarakat sipil, dan juga koalisi Jawa Barat lainnya” ujar Rhido.

Malam itu, langit Jatinangor tenang seperti biasanya, yang membedakan adalah kepulangan para mahasiswa Unpad dengan secercah kemenangan. Kemenangan berhasil didapat, tuntutan massa aksi akhirnya dituruti oleh para anggota dewan.

Aksi ini akan menjadi sebuah noktah dalam sejarah panjang perjuangan rakyat Indonesia dalam mengawal demokrasi. Pun tidak berhenti disini, perjuangan perlu terus dilanjutkan guna mencapai cita-cita reformasi dan berlangsungnya demokrasi yang berkeadilan.

Ku tak memintamu tuk taruh nyawa di jalan
Ku hanya beritahu bahwa selalu ada jalan
Jika kau sangat serius ingin perubahan
Mereka kira kau lemah, kau jadi setan
Rapatkan barisan petir di kepalan tangan.

—.Feast, Gugatan Rakyat Semesta.

Panjang Umur Perjuangan!

#KawalPutusanMK

Penulis: Yoga Firman
Editor: Ridho Danu

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *