Parkiran motor depan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran yang terletak di depan Gedung 1 dipenuhi oleh motor milik mahasiswa. (dJatinangor/Nadjwa)
Apa yang kamu pikirkan ketika mendengar juru parkir? Orang yang membantu merapikan kendaraan? Orang yang membantumu mengeluarkan kendaraan? Atau orang yang tiba-tiba datang padahal sebelumnya tidak ada? Menelusuri sosok juru parkir di Fikom, mari kita berkenalan lebih lanjut dengan Babeh Tisna dan Mang Udin, begitu panggilan akrabnya sebagai juru parkir di Fikom.
Mang Udin, Bekerja Sejak Tahun Pertama Unpad Jatinangor
Berusia 66 tahun, Mang Udin telah bekerja di Unpad sejak tahun 1984. Mang Udin mengawali pekerjaannya sebagai juru parkir sembari berjualan minuman yang dijajakan kepada para mahasiswa. Dibantu oleh istrinya, Bu Uce, yang saat ini memiliki kedai di kantin Fikom dengan nama stand ‘Hj. Udin’. Mang Udin juga telah menunaikan ibadah haji dan dapat menguliahkan keempat anaknya.
Pada tahun 1999 sampai 2007, Mang Udin pernah bekerja sebagai satpam di Fikom, 8 tahun bekerja menjadi satpam Mang Udin memutuskan keluar dari pekerjaannya sebagai satpam karena tidak enak hati membagi pekerjaannya antara sebagai satpam dan juru parkir.
“Bapak mah dulu kalau ngga mengundurkan diri, (bisa) dari jadi pegawai negeri. Sudah lama jadi satpam, kalo ngga salah mah delapan tahun,” katanya.
Babeh Tisna, Pekerja Kebun yang “Terusir” Fikom
Sebelum menjadi bangunan Universitas Padjadjaran seperti sekarang, dulunya tanah Jatinangor ini merupakan perkebunan karet yang luas. Mulanya Babeh Tisna merupakan salah satu pekerja di kebun karet tersebut dan memiliki rumah inventaris yang lokasinya tepat di tempat gedung Fikom saat ini berdiri.
Karena adanya pembangunan gedung-gedung untuk universitas, Babeh Tisna harus meninggalkan rumahnya dan diberi tunjangan senilai 380 ribu rupiah, yang kemudian ia gunakan untuk membangun rumah di Desa Cisaladah. Karena kehilangan pekerjaan akibat penggusuran tersebut, lahir sebuah kesepakatan perjanjian antara pihak fakultas dengan Babeh Tisna untuk memberikan pekerjaan, yaitu sebagai juru parkir.
Kini Babeh Tisna telah bekerja kurang lebih selama 30 tahun sebagai juru parkir. Dibantu oleh anaknya yang berjualan di rumahnya, Babeh Tisna dapat menghidupi keluarga dengan pekerjaanya sebagai juru parkir meskipun memiliki penghasilan tidak menentu.
Berapa Penghasilan Juru Parkir Fikom?
Sebagai fakultas yang sejak awal kepindahannya pada 30 tahun yang lalu sudah memiliki juru parkir, tentunya banyak sekali masyarakat Fikom yang penasaran dengan jumlah yang dihasilkan oleh juru parkir Fikom setiap harinya.
“Sekitar 100 motor ada perharinya, 100 motor (misalnya) sekali dua ribu, bisa dapet dua ratus ribu,” ucap Mang Udin dalam wawancara bersama dJatinangor.
Menurut Babeh Tisna, jika parkiran sedang ramai, penghasilan per harinya bisa untuk makan selama tiga hari ke depan.
Penghasilannya tidak menentu, tergantung dengan berapa banyak kendaraan yang parkir di depan gedung Fikom, karena masih banyak juga mahasiswa yang memilih untuk parkir di depan Gedung Student Center. Meskipun, juru parkir dan keamanan tidak akan bertanggung jawab apabila ada kehilangan di Gedung Student Center.
Babeh Tisna bercerita, karena pendapatannya bergantung pada perolehan parkir mahasiswa, maka apabila tidak ada aktivitas mahasiswa, ia tidak memiliki pemasukan. Apalagi saat Covid-19, ia tidak punya penghasilan apapun sehingga istrinya lah yang harus bekerja.
Menurut Babeh sendiri fakultas perlu memiliki juru parkir. Karena apabila tidak ada juru parkir, tidak akan ada yang bertanggung jawab apabila ada barang yang tertinggal atau kehilangan sesuatu.
“Kalo gak ada juru parkir, rawan, kadang-kadang helm diambil sama temennya sendiri. Itu, mau nanya ke siapa?,” ucap Babeh Tisna.
Babeh sendiri tidak memaksakan para mahasiswa untuk membayar parkir, dirinya akan menerima apabila mahasiswa memberi berapapun nominalnya. Karena prinsip Babeh Tisna yang terpenting adalah memenuhi tanggung jawabnya untuk menjaga kendaraan mahasiswa agar tetap aman.
Perolehan pendapatannya sebagai juru parkir tersebut tidak bisa dinikmati sendiri oleh Mang Udin maupun Babeh Tisna, karena mereka harus menyetor ke pihak fakultas dan rekannya yang lain.
“Tukang parkir gak ada gaji, malah babeh yang setor ke kampus gimana kebanyakan motornya aja, ngga diteken (jumlah setorannya). Kalo motor dikit mah 80 ribu, kalo motor banyak mah 100 ribu per harinya. Bebas (nominalnya), cuman kita ada ngasih satpam, keamanan, dan sarpras,” ujarnya.
Menurut Babeh, sudah sepantasnya juru parkir menyetor uang ke fakultas sebagai pemilik tempat dan rekan kerja di sekitarnya, seperti pihak keamanan fakultas. Selain itu, setoran pun tidak pernah ditarget.
“Hasil dari parkiran masa mau dibawa sendiri semua, kita bagi-bagi rejeki lah,” sambung Babeh.
Penulis: Nadjwa
Editor: Ridho Danu
1 Comment