Bias Egosentris: Spotlight Effect di Kehidupan Kita

Ilustrasi seseorang menjadi pusat perhatian saat berbicara di depan khalayak. (Pexels)

dJatinangor.com — Pernahkah kamu merasa menjadi pusat perhatian ketika kamu berjalan di kampus? Atau mungkin pernahkah kamu merasa malu ketika kamu melakukan kesalahan kecil, kemudian merasa bahwa banyak orang memperhatikanmu secara berlebihan? Tenang saja, bukan cuma kamu yang mengalami fenomena itu. Dalam dunia psikologi, fenomena yang kamu rasakan ini disebut “Spotlight Effect”.

Menurut Elkind (1985), egosentrisme adalah suatu keadaan dimana seseorang tidak mampu membedakan antara perspektif dirinya sendiri dengan perspektif orang lain. Salah satu bentuk dari bias egosentrisme ini disebut dengan efek sorotan atau “Spotlight Effect” (Bernique, 2020). Istilah ini digunakan untuk menggambarkan perasaan ketika kita merasa seolah-olah kita adalah pusat perhatian dari orang lain (Gilovich et al., 2000).

Pada saat mengalami hal ini, kita cenderung berpikir bahwa perhatian banyak orang tertuju pada kita, padahal pada kenyataannya orang-orang di sekitar tidak terlalu fokus atau bahkan tidak peduli soal diri kita. Perasaan ini bisa dialami oleh siapa saja, terutama bagi mahasiswa.

Mahasiswa sering berada di situasi yang mengharuskan mereka menjadi pusat perhatian bagi banyak orang, misalnya ketika sedang melakukan kegiatan presentasi, tanya jawab, dan berbagai kegiatan lainnya. Tapi, pengalaman tersebut tak selalu membuat mahasiswa terbiasa untuk berada di tengah-tengah perhatian orang banyak.

Hal-hal kecil seperti tersandung, menjatuhkan barang, atau bahkan berjalan sendirian kadang bisa membuat kita merasa malu karena melakukan hal yang berbeda dengan orang lain.

Nasywa, mahasiswa Sastra Indonesia Unpad tahun 2022 membagikan cerita tentang dirinya yang kerap mengalami spotlight effect.

“Situasinya ketika aku lagi jalan sendirian di mal, me time, terus orang-orang kayak ngeliatin aku gitu padahal kan enggak ya. Mungkin karena aku sendiri, terus orang-orang rame-rame jadi kayak apa sih gitu,” ujar Nasywa.

Nasywa merasa orang-orang di sekitarnya pada saat itu memperhatikan dirinya yang berjalan sendirian di mal. Ia mengaku merasa cukup malu pada saat itu, tetapi ia tetap berusaha untuk tidak acuh pada perasaannya. Pada beberapa situasi lain, ia bahkan memilih untuk tidak jadi pergi sendiri dan kembali pulang.

Spotlight effect juga pernah dialami oleh Riana, mahasiswa Jurnalistik Unpad tahun 2022.

“Aku pernah ngalamin yang namanya spotlight effect, sering malah. Aku suka ngerasa insecure kalo ke kampus terus pake style yang gak biasa aku pake. Aku ngerasa orang-orang ngeliatin aku, tapi dengan tatapan yang aneh gitu, kayak aku itu aneh gitu lho, ga cocok pake style itu,” jelas Riana.

Riana juga sempat menjelaskan bahwa dampak dari spotlight effect juga membuat dirinya merasa insecure dan kurang percaya diri.

Dua contoh situasi di atas menunjukkan bahwa spotlight effect bisa terjadi pada kehidupan sehari-hari kita. Meskipun dampaknya cenderung negatif, kita masih bisa mengatasi spotlight effect supaya tidak berpengaruh buruk pada aktivitas kita. Ketika mengetahui hal-hal yang mendasari terjadinya spotlight effect, kita bisa mengatasinya dengan menerima situasi tersebut. 

Hal ini terjadi pada Noor, mahasiswa Jurnalistik 2022. Dirinya mengaku pernah mengalami spotlight effect pada saat menjadi mahasiswa baru. Namun, lambat laun dia mulai jarang mengalaminya.

“Kalau aku sekarang kayak lebih ke ignore gitu. Kayak kemarin dosen minta volunteer wawancara gitu aku maju. Nah, di situ biasanya aku bakal overthinking, orang-orang bakal merhatiin aku gimana. Tapi sekarang aku lebih ke fokus sama diri aku sendiri aja,” tutur Noor.

Noor juga menjelaskan, kini ia lebih fokus pada dirinya sendiri dibandingkan memikirkan pandangan orang lain. 

“Abis wawancara itu aku lebih fokus ke aku tuh kurangnya di mana, bukan ke penampilan aku tadi di depan gimana gitu. Sekarang tuh aku emang udah tau prinsipnya kayak, ya orang juga gak setertarik itu gitu sama aku, kalau aku ada di posisi orang lain juga ya kayak gitu.”

Untuk mengatasi spotlight effect, ada beberapa hal yang dapat kita lakukan, di antaranya: 

  1. Refleksi diri dengan bertanya pada diri sendiri: Bagaimana jika kita berada di posisi orang-orang yang kita rasa memperhatikan kita? Padahal, mereka mungkin juga sibuk memikirkan diri mereka sendiri.
  2. Kalahkan ketakutan dan pikiran negatif: Cobalah melakukan hal-hal baru yang membuat kita gugup, seperti bertanya di kelas. Kita akan menyadari bahwa perhatian orang lain tidak sebesar yang kita bayangkan.
  3. Berlatih dalam kelompok kecil: Melakukan aktivitas di kelompok kecil membantu kita terbiasa tampil di depan orang lain dan mengurangi rasa gugup ketika di hadapan publik.

Dengan langkah-langkah ini, kita dapat mengatasi spotlight effect dan bisa lebih percaya diri. Ingatlah, kebanyakan orang lebih fokus pada dirinya sendiri daripada orang lain. Jadi, jangan terlalu khawatir dengan pandangan orang lain terhadapmu. Teruslah percaya diri dan jadilah versi terbaik dari dirimu!

Penulis: Amanda Amelya
Editor: Zulfa Salman

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *