Aksi-Aksi Demonstrasi Mahasiswa di Indonesia yang Memakan Korban

Mahasiswa dapat disebut sebagai garda terdepan dalam menyuarakan aspirasi rakyat Indonesia. Aksi ini biasanya dilakukan dengan cara unjuk rasa atau demonstrasi.

Umumnya, hal-hal yang menjadi latar belakang mahasiswa dalam melakukan aksi demonstrasi adalah mengenai kebijakan pemerintah yang dianggap tidak berpihak kepada rakyat.

Namun, tidak sedikit mahasiswa ataupun pendemo yang menjadi korban dalam beberapa aksi demonstrasi. Berikut beberapa korban atas aksi demonstrasi yang pernah terjadi di Indonesia :

1. Aksi Tritura (1966)

Salah satu korban dalam aksi Tritura adalah Arif Rahman Hakim, seorang aktivis Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia (KAMI). Ia berasal dari Kota Padang. 

Saat demo terjadi yaitu pada Kamis tanggal 24 Februari 1966, Arif Rahman Hakim berpamitan kepada kakaknya untuk ikut dalam aksi demonstrasi mahasiswa yang menuntut Tritura atas pemerintahan Orde Lama di bawah kekuasaan Presiden Soekarno.

Pada siang hari terdengar bunyi tembakan, saat itu kakaknya hanya berpikir bahwa yang terkena tembakan adalah mahasiswa, namun ternyata itu adalah adiknya. Arif berlumuran darah karena terkena tembakan di bagian dada, penembakan tersebut bukan berasal dari pasukan Tjakrabirawa, tapi dari salah satu anggota Pom Dam yang bertugas di Garnizun Ibu kota.

Arif Rahman Hakim disemayamkan di Blok P, yang kini telah dipindahkan ke Pemakaman Pahlawan Ampera di Tanah kusir, Jakarta Selatan.

2. Tragedi Trisakti (1998)

Tragedi Trisakti terjadi pada 12 Mei 1998 yang dilatarbelakangi oleh beberapa faktor seperti krisis politik, krisis ekonomi, krisis kepercayaan dan krisis hukum. Latar belakang krisis yang banyak terjadi di Indonesia pada masa Orde Baru inilah menyebabkan timbulnya krisis kepercayaan hingga membuat para mahasiswa dan masyarakat melakukan demonstrasi besar-besaran di bulan Mei 1998.

Tragedi ini menewaskan empat mahasiswa Universitas Trisakti di Jakarta serta puluhan lainnya luka. Mereka yang tewas adalah Elang Mulia Lesmana (1978-1998 mahasiswa Fakultas Arsitektur, angkatan 1996), Heri Hertanto (1977-1998 mahasiswa Fakultas Teknik Industri angkatan 95), Hafidin Royan (1976-1998 mahasiswa Fakultas Teknik Sipil, angkatan 95), dan Hendriawan Sie (1975-1998 mahasiswa Fakultas Ekonomi, angkatan 96).Korban tewas tertembak di dalam kampus, terkena peluru tajam di tempat-tempat vital seperti kepala, tenggorokan, dan dada.

3. Aksi Tolak Kenaikan BBM (2012)

Aksi demonstrasi ini terjadi pada 27-30 Maret 2012 di Istana Negara. Aksi demo tersebut tidak hanya diikuti oleh mahasiswa, tetapi juga diikuti oleh ribuan buruh di Cikarang yang pada saat itu mengepung Gedung DPR RI.

Ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi berkumpul di Jakarta untuk melaksanakan aksi unjuk rasa agar pemerintah segera mengurungkan kebijakan menaikkan harga BBM sebesar 44 persen, dan segera mengalihkan dana subsidi BBM untuk pembangunan infrastruktur.

Demonstrasi menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) sempat ricuh saat massa mahasiswa dan aparat bentrok di depan Stasiun Gambir, Jakarta Pusat. Sebanyak 15 orang menjadi korban dalam bentrokan tersebut. Mereka tercatat dalam daftar orang yang dilarikan ke instalasi gawat darurat Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, di antaranya:

1. Fajar mahasiswa asal UNPAM

2. Makmun mahasiswa UNPAM

3. Pungky mahasiswa UNPAM

4. Erwin mahasiswa asal Palu, Sulawesi Tengah

5. Fariz asal Lenteng Agung

6. Ahmad Sofyan Mahasiswa UNPAM

7. Okki Mahasiswa IISIF

8. Alif al Hafidi asal Bogor

9. Alan Fitnur asal Cirebon

10. Moch taufik

11. Moh Imam Mahasiswa Paseban BSI

12. Idris Syahrian Satgas PDIP Bekasi

13. Ahmad Bagja asal Komplek Depag Tangerang

14. Bribtu Dhany asal Mako Den B Plopor Cipinang

15. Zein Mahasiswa asal Sulawesi.

4. Aksi #ReformasiDiKorupsi (2019)

Aksi demonstrasi ini terjadi pada tanggal 24-30 September 2019 di Gedung DPR/RI, Senayan, Jakarta. Selain itu, para mahasiswa di seluruh daerah juga melakukan demonstrasi di kantor parlemen di tiap daerah.

Mahasiswa pada saat itu menolak adanya revisi UU KPK yang diduga merupakan bagian dari pelemahan KPK, dan juga RUU KUHP yang dianggap mengancam demokrasi dan Hak Asasi Manusia (HAM). Demonstrasi tersebut dilakukan oleh ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi yang ada di Indonesia.

Sebanyak lima orang tewas dalam aksi #ReformasiDikorupsi pada rentang waktu 24-30 September lalu di Jakarta dan Kendari, Sulawesi Tenggara. Kelima orang itu adalah Immawan Randi dan Yusuf Kardawi, mahasiswa Universitas Halu Oleo; pemuda asal Tanah Abang, Maulana Suryadi; serta dua pelajar, Akbar Alamsyah dan Bagus Putra Mahendra.

5. Aksi Demonstrasi 11 April 2022

Mahasiswa menggelar aksi unjuk rasa besar-besaran di Gedung MPR/DPR RI di Senayan, Jakarta pada hari Senin, 11 April 2022. Aksi Izin ini adalah sebagai bentuk penolakan tiga periode masa jabatan Presiden dan wacana penundaan Pemilu 2022. 

Aliansi Badan Eksekutif Mahasiswa Seluruh Indonesia (BEM SI) mendesak DPR RI untuk tidak menggunakan haknya untuk mengamandemen UUD 1945 yang mengatur penundaan pemilu dan mencanangkan tiga periode masa jabatan Presiden RI.

Berikut ini terdapat empat tuntutan mahasiswa yang disuarakan pada demo senin hari lalu :

1. Mendesak dan menuntut wakil rakyat agar mendengarkan dan menyampaikan aspirasi rakyat bukan aspirasi partai.

2. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menjemput aspirasi rakyat sebagaimana aksi massa yang telah dilakukan dari berbagai daerah dari tanggal 28 Maret 2022 sampai 11 April 2022.

3. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk tidak mengkhianati konstitusi negara dengan melakukan amandemen, bersikap tegas menolak penundaan pemilu 2024 atau masa jabatan 3 periode.

4. Mendesak dan menuntut wakil rakyat untuk menyampaikan kajian disertai 18 tuntutan mahasiswa kepada presiden yang sampai saat ini belum terjawab.

Dosen Universitas Indonesia (UI) dan pegiat media sosial, Ade Armando, menjadi korban penganiayaan saat demo di Gedung DPR RI pada 11 April 2022 ini. Ade mengalami penganiayaan hingga wajahnya dipenuhi darah dan ia tampak tidak mengenakan celana. Diduga keributan itu terjadi ketika Ade Armando didatangi sekelompok orang.

Tampak, terjadi dorong-mendorong ketika Ade Armando berada di tengah-tengah demonstrasi. Ade Armando sebelumnya mengaku hadir untuk mendukung aksi yang akan dilakukan rekan-rekan mahasiswa di gedung DPR RI. Setelah insiden pengeroyokan itu, sosok Ade Armando terus menjadi perbincangan publik.

Selain Ade Armando, AKP Rudi Wira juga turut menjadi korban pengeroyokan oleh massa di Jalan Tol Dalam Kota, Senayan, Jakarta Pusat. Akibat pengeroyokan itu, Rudi mengalami luka pada kepala bagian belakang dan memar pada bagian dada dan pinggang belakang, diduga akibat pukulan benda tumpul. Kini, Rudi menjalani perawatan di RS Polri Kramat Jati.

Penulis : Zahra Wening Tyas & Yonna Ananda

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *