Angkat Raket, Pukul Kok, dan Tradisi Denmark

Ilustrasi :annca/pixabay

Beberapa minggu lalu, Daihatsu Indonesia Masters 2019, ajang bulutangkis berhadiah total USD 350.000 berakhir dengan sejumlah catatan menarik. Bagi Liliyana Natsir, legenda hidup bulutangkis Indonesia, ajang ini menjadi yang terakhir kalinya ia memukul kok di kompetisi resmi. Sayangnya, perpisahannya dengan bulutangkis dinodai dengan kekalahannya di final oleh pasangan Zheng Siwei dan Huang Yaqiong asal Tiongkok melalui tiga gim 21-19, 19-21, dan 16-21.

Nasib berbeda dialami pasangan ganda putera andalan Indonesia, Marcus Fernaldi Gideon dan Kevin Sanjaya Sukamuljo. Pasangan yang kerap disapa dengan The Minnions itu berhasil mempertahankan gelar juara di ajang yang sama sejak tahun lalu. Sementara itu andalan India, Saina Nehwal yang menjuarai nomor tunggal putri setelah lawannya Carolina Marin asal Spanyol dipaksa tunduk oleh cedera di tengah permainan.

Selain itu, perjuangan juga ditunjukkan oleh pebulutangkis asal Denmark, Anders Antonsen. Kendati bermain tanpa didampingi pelatih, ia berhasil meraih gelar juara tunggal putera dengan mengalahkan Kento Momota. Pemain asal Jepang tersebut tercatat sebagai peringkat nomor satu Badminton World Federation (BWF) untuk nomor tunggal putera.

Selain Antonsen, sejumlah pemain asal Denmark pun terlihat datang tanpa pelatihnya. Dikabarkan, hubungan federasi bulutangkis Denmark dengan para pemain sedang dilanda ketidaksepahaman mengenai kontrak sponsor. Alhasil, pemain Denmark datang ke Indonesia dengan rogohan kocek pribadi dan tidak menyertakan bendera negaranya di seragam.

Di tengah keriuhan tersebut, Denmark memang dikenal dengan salah satu dari sedikit negara di Eropa yang mempu berprestasi di dunia bulutangkis. Atau bahkan, yang paling prestatif di antara negara Benua Biru. Bila ingin menilik, terdapat ganda putera Mathias Boe dan Carsten Morgensen yang mampu mempersembahkan Medali Perak Olimpiade London 2012 serta kejuaraan All England. Lalu Viktor Axelsen, peraih Medali Perunggu Olimpiade Rio 2016 dan mantan peringkat satu dunia BWF.

Poul Erik Hoyer Larsen asal Denmark menjadi pemain Eropa pertama dan satu-satunya yang mampu meraih medali emas olimpiade lewat bulutangkis di Atlanta, Amerika Serikat 1996. Hingga akhirnya, rekor tersebut dipecahkan pada Olimpiade Rio 2016 saat Carolina Marin mampu meraihnya di nomor tunggal putri.

Menyebut nama Denmark, juga menyebut sosok Peter Gade Christensen. Ia menjadi bagian dari era emas rivalitas tunggal putera dunia tahun 2000-an. Bersama Lin Dan, Lee Chong Wei, dan Taufik Hidayat, mereka kerap disebut F4 atau Famous Boys dalam bulutangkis. Tentunya, nama tersebut merupakan pelesetan dari F4-nya Meteor Garden.

Ia meraih 24 titel juara Grand Prix/Super Series BWF sepanjang kariernya. Pemain kelahiran 14 Desember 1976 tersebut juga berhasil meraih juara tunggal putera All England dan menempati urutan pertama tunggal putera BWF di kurun waktu 1998 hingga 2001. Setelah gantung raket, ia pernah menjadi pelatih bulutangkis Perancis dan kini sedang memulai akademi bulutangkisnya sendiri di Kopenhagen, Denmark.

Rahasia Dapur Denmark

Pebulutangkis berbendera Denmark seringkali dijumpai di berbagai kejuaraan bulutangkis dunia. Tak jarang juga yang berhasil naik podium, baik sebagai peringkat ketiga, kedua, bahkan juara. Pada kejuaraan bulutangkis tertua dunia, All England, setidaknya dalam lima edisi terakhir pebulutangkis Denmark selalu bertengger dalam podium. Mereka hanya absen di podium pada 2014.

Banyak orang mengenal Denmark sebagai juara “kejutan” di Piala Eropa 1992, tempat lahirnya Bangsa Viking, hingga teknologi Bluetooth yang diambil dari nama raja Denmark Harald Bluetooth. Namun demikian, Denmark juga dikenal sebagai gudangnya pebulutangkis dunia. Dengan jumlah penduduk kurang dari enam juta, ada hal-hal yang membuat negara Skandinavia tersebut bisa bersaing dengan negara-negara di Asia perihal prestasi bulutangkis seperti Tiongkok, Jepang, dan Indonesia.

Director of Elite Sports Federasi Bulutangkis Denmark, Jens Meibom berujar kepada AFP bahwa terdapat beberapa alasan yang membuat mereka cukup digdaya di perbulutangkisan dunia.

“Pertama, kita memiliki struktur klub yang baik, yang bahkan tidak biasa di Eropa. Lalu, terdapat banyak sekali klub bulutangkis lokal di seluruh Denmark sehingga anak-anak bisa sangat mudah mengakses bulutangkis dan bermain,” ujarnya.

Alasan utama lainnya adalah dibangunnya pusat pelatihan bulutangkis di Kopenhagen di mana para pemain terbaik berkumpul untuk dilatih dan berkompetisi oleh empat pelatih terbaik Denmark. Ia juga menjelaskan, pusat pelatihan terdiri dari enam lapangan dan 30 pemain terbaik Denmark yang secara intensif dilatih dan dikompetisikan ke luar Denmark.

Tradisi dan kualitas pelatihan bulutangkis membuat Denmark kerap menjadi destinasi pelatihan bulutangkis dunia. Puncaknya terjadi pada 1960-an hingga 1970-an, pemain bulutangkis dari seluruh dunia datang untuk berlatih dan bermain di klub lokal di sana serta berkompetisi. Salah satunya adalah legenda dan pemain terbaik India sepanjang masa, Prakash Padukone. Di Denmark, ia dilatih oleh bintang Denmark saat itu Morten Frost Hansen.

Cuaca di Denmark yang dingin membuat masyarakat lebih senang menghangatkan diri dengan olahraga dalam ruangan. Tidak seperti olahraga renang yang membutuhkan kualitas teknik individu yang baik, bulutangkis membutuhkan setidaknya dua orang untuk bermain. Hal tersebut memungkinkan pemain-pemain terbaik saling beradu kualitas dan memudahkan federasi untuk memilih bibit terbaik.

Chief Operating Officer (CEO) Federasi Bulutangkis Denmark, Bo Jensen menyebutkan terdapat 600 klub badminton yang tersebar. Selain itu, terdapat liga yang teridiri dari jenjang junior hingga senior. Disebutkan juga, klub-klub tersebut merupakan jantung dari bulutangkis Denmark yang memiliki tradisi tersendiri dan tempat menemukan bibit pemain baru.

“Kami memiliki pemain dari umur lima hingga 65 tahun yang bermain secara reguler di tingkatannya sendiri-sendiri. Terdapat kompetisinya juga. Mereka yang berpotensi dari kompetisi tersebut akan ditarik ke program pelatihan yang lebih elit lagi,” ucap Bo.

Denmark juga tidak hanya mengembangkan kualitas pemain dengan baik, begitupun dengan kompetisinya. Manajer Sport Event Denmark, Frederik Munk menyebutkan, kerja sama yang baik dengan berbagai pemangku kepentingan adalah kunci. Seperti Denmark Open, terdapat tiga unsur utama antara lain pemerintah pusat, kota, dan federasi yang harus dijalin dengan baik.

“Pemerintah menyediakan pendanaan, federasi menjalankan kegiatan olahraganya, dan kota memfasilitasi jalannya acara selayaknya tuan rumah. Model ini sudah berjalan bagi kami dan semuanya adalah tentang kerja sama yang baik,” sebutnya.

Meski demikian, kepopuleran bulutangkis masih kalah dengan olahraga lain seperti gimnastik, golf, hingga bola tangan apabila dilihat dari jumlah partisipan. Sepak bola adalah yang paling populer. Disebutkan Meibom, terdapat 90.000 anggota yang tercatat di Federasi Bulutangkis Denmark. Angka tersebut masih kalah kecil apabila dibandingkan dengan 20 tahun lalu sejumlah 160.000.

Bagi Meibom, memiliki juara dunia dalam bulutangkis tidaklah cukup, latihan reguler dan pelatih berkualitas harus terus dipertahankan. Selain itu, klub lokal juga harus terus meningkatkan kualitasnya sehingga anak-anak tidak beralih ke olahraga lain.

Denmark dan bulutangkis adalah suatu kesatuan yang sulit dipisahkan dari sejarah. Sistem, tradisi, dan kualitas membuat Denmark menjadi salah satu negara yang konsisten berkompetitif di perbulutangkisan dunia selama beberapa dekade terakhir. Sungguh disayangkan apabila di kemudian hari nama Denmark tidak lagi terlihat, bak Inggris yang dahulu pernah digdaya.

Erlangga Pratama

Editor : Tamimah Ashilah

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *