Kema, Perlukah Tetap Ada Prama?

Ketua dan Wakil Ketua BEM Kema Unpad 2018 terpilih, Izmu Tamami Roza (kanan) dan Dwi Ari Nugraha (kiri), dalam Debat Terbuka Prama di Kampus Unpad Dipatiukur, Bandung (10/11).  Foto: Reza Pahlevi

Tahukah Anda..? Prama Unpad 2017 telah berlangsung, bahkan telah usai. Dengan bentuk baru serta kelembagaan yang otonom harapannya menjadikan Prama Unpad makin baik, berkualitas dan dirasakan oleh Kema Unpad. Faktanya tak banyak berubah. Dari sisi penyelenggaraan masih banyak kesalahan yang dilakukan oleh penyelenggara maupun pengawas Prama Unpad. Kemudian ditambah dengan banyaknya pelanggaran yang dilakukan kandidat dengan laporan-laporan pelanggaran yang selalu datang.

Namun indikator yang paling kentara adalah jumlah pemilih Prama Unpad dari tahun ke tahun. Pada tahun 2015, pemilih Prama Unpad hanya 11686. Di tahun berikutnya hanya 11579. Sedang di tahun ini menurut pusat tabulasi dJatinangor hanya sebesar 11049 suara saja. Hanya 41 persen dari daftar pemilih tetap sebedar 27168 mahasiswa aktif Unpad. Tingkat partisipasi Kema Unpad dalam Prama Unpad tak banyak berubah. Cenderung stagnan bahkan berkurang.

Padahal keberadaan BEM Kema Unpad sebenarnya sebagai sarana aspirasi dan fasilitator agenda-agenda kemahasiswaan yang sifatnya langsung kepada masyarakat Kema Unpad. Rupanya ini disebabkan masih tingginya ketidaktahuan Kema Unpad akan perhelatan demokrasi terbesar di Unpad, termasuk kandidat-kandidatnya. Pertanyaannya, kurangnya kontribusi BEM Kema Unpad atau rendahnya rasa memiliki di Kema Unpad itu sendiri. Atau bisa jadi makin buruknya penyelenggaraan Prama Unpad khususnya di tahun ini.

Prama Unpad adalah indikator rill kondisi Kema Unpad. Maka patut diwanti-wanti akan eksistensi BEM, BPM maupun lembaga kemahasiswaan lainnya pada Kema Unpad secara dalam.

Pertanyaanya, masih butuh Prama Unpad?

Semoga masih.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *