Mengenal Media Alternatif di Genetitas 2017

Salah satu sesi di Genetitas 2017 yang menghadirkan Ardyan Erlangga dari Vice Indonesia (kiri) dan Cania Citta Irlanie dari GeoTimes (tengah) pada Jumat (6/10). Sesi ini sendiri membicarakan bagaimana milenial berhubungan dengan media massa. (Foto: Ryo Arbani)

Acara Genetitas 2017 yang diadakan oleh Lembaga Penerbitan Pers Mahasiswa (LPPM) dJatinangor kembali digelar untuk yang kelima kalinya dengan tema “Bangkitnya Media Alternatif di Indonesia” pada Jumat (06/10) bertempat di Auditorium Pascasarjana Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran.

Acara ini memiliki 3 sesi dengan 5 pembicara yaitu Muhamad Heychael dari Remotivi, Sapto Anggoro dari Tirto.id, Dandhy Laksono dari WatchDoc Documentary, Ardyan M. Erlangga dari Vice Indonesia, dan Cania Citta Irlanie dari geotimes.co.id.

Berlangsung selama kurang lebih 5 jam, acara ini menyuguhkan para ahli di bidangnya yaitu media alternatif. Pemilihan media alternatif ini didasari karena banyaknya media baru bermunculan di Indonesia yang membahas suatu kejadian dari sisi yang berbeda. Diharapkan para peserta yang datang menjadi lebih paham mengenai bagaimana media alternatif yang ada di Indonesia.

“Sebenarnya Vice Indonesia sudah termasuk ke dalam media mainstream, tetapi dari segi konten masih termasuk media alternatif,” ujar Ardyan, Wartawan Vice Indonesia, saat memberikan paparan dalam acara tersebut.

Selain itu Heychael, direktur Remotivi, memaparkan materi mengenai “Media Alternatif Konsep & Praktik”. Dalam pemaparannya tersebut, ia menjelaskan tentang bagaimana media alternatif secara mendalam. “Bila pada masa pra modern kuasa melekat pada orang, maka di era kapitalisme kuasa terinstitusi dalam birokrasi, ilmu pengetahuan, media, hukum, dan pendidikan seolah menjadi ‘objektif’ dari sisi kuasa,” salah satu isi materi yang dipaparkan oleh Heychael.

Menurutnya, Remotivi saat ini lebih fokus pada konten “alternatif”, skala distribusi kecil, dan melibatkan partisipasi warga secara terbatas. Secara tidak langsung, internet sekarang ini dapat memperbesar potensi lahirnya media alternatif terutama di Indonesia.

Media alternatif seharusnya dapat melawan hegemoni yang ada, dimana kebanyakan media massa di Indonesia saat ini dimiliki oleh pemain politik dan bisnis sehingga hadirnya media alternatif 5 tahun terakhir ini membuat harapan baru bagi media di Indonesia.

 

Saat ini, media arus utama sudah memasuki masa akhir. Dimulai dari era post–truth, keadaan di mana fakta kurang dapat berperan untuk menggerakkan kepercayaan umum daripada sesuatu yang berhubungan dengan emosi dan kebanggaan tertentu. Yang kedua yaitu challenge, dimana para pelaku dibalik media ini ditantang untuk membentuk dan membuat konten-konten mengenai jurnalisme secara kreatif dan mempertajam kesadaran diri mereka agar konten yang dihasilkan tidak membosankan. Lalu yang ketiga yaitu innovative, dimana disini dituntut untuk mengeluarkan ide-ide yang memiliki inovasi tak terbatas. Dan yang terakir yaitu listen, dimana para pelaku diharapkan mampu menampung aspirasi dan pendapat orang-orang mengenai konten dari media alternatif itu sendiri.

(Sabila Reformasita Arianti)

Editor: Reza Pahlevi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *