Menelisik Peran Serta TPBK Bagi Mahasiswa

Ruangan TPBK Fapsi Universitas Padjadjaran yang dipakai mahasiswanya untuk melakukan konsultasi kejiwaan. Jasa yang ditawarkan di sini gratis bagi seluruh mahasiswa Unpad. (Foto: Nadhen Ivan)

Masih ingat kejadian bunuh diri Chester Charles Bennington? Vokalis Linkin Park ini dikabarkan tewas bunuh diri dikarenakan menderita depresi yang mendalam dan telah lama dipendam. Apakah yang mendasari Chester hingga melakukan hal itu? Bagaimana mencegah hal yang lebih jauh agar tidak terjadi (bunuh diri) pada orang-orang yang mengalami depresi?

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh World Health Organization (WHO) pada 2010 kematian di Indonesia akibat bunuh diri berada pada angka 100.000 jiwa atau sekitar 5.000 orang tiap tahunnya. Kemudian pada 2012 estimasi kematian akibat bunuh diri di Indonesia meningkat menyentuh angka 10.000 per tahunnya.

Setiap orang memiliki alasan yang berbeda-beda hingga akhirnya memilih bunuh diri. Dapat dikarenakan masalah percintaan, masalah dengan lingkungan, masalah dengan keluarga, masalah akademis, dan masalah-masalah lainnya. Tiap orang memiliki masalahnya masing-masing dan memiliki cara yang berbeda-beda dalam menangani masalahnya masing-masing.

Tim Pelaksana Bimbingan Konseling (TPBK) Fakultas Psikologi (Fapsi) Unpad hadir membantu permasalahan yang ada pada mahasiswa Universitas Padjadjaran (Unpad). Erna Susiati, pembina TPBK Fapsi mengatakan, bimbingan dan bantuan yang diberikan oleh TPBK terbuka dan tidak dipungut biaya untuk seluruh mahasiswa Unpad, tanpa terkecuali.

“TPBK, untuk melayani mahasiswa yang membutuhkan. Khususnya untuk membantu mahasiswa Unpad, supaya bisa belajar dengan optimal. Jadi kebanyakan permasalahannya ya mengenai proses pembelajaran, bimbingan karir,” ujar Erna.

Dalam proses perjalanan perkuliahan tidak jarang mahasiswa mengalami gangguan dalam proses pembelajarannya. Faktor-faktor itu bisa dibincangkan dengan konselor-konselor yang tersedia di TPBK Fapsi ini. Tak hanya persoalan selama proses perkuliahan. Bagi yang khawatir akan kelanjutannya setelah kuliah, TPBK pun terbuka untuk membantu atas keluhan dan kekhawatran yang ada.

“Jadi TPBK itu, pertama kalau datang nanti akan melakukan pendaftaran. Lalu akan ditangani oleh mahasiswa S2 yang sedang melakukan profesi disitu. Ada dari Departemen Pendidikan, ada Departemen Klinis Dewasa. Jadi yang menangani nantinya adalah mahasiswa-mahasiswa S2 yang profesi, didampingi oleh pembimbing atau psikolog,” ujar Erna menjelaskan mekanisme kerja TPBK.

“Nanti kalau perlu tindakan atau cukup konsultasi saja akan didiskusikan dengan orangnya. Kalau cukup konsultasi ya konsultasi saja, kalau perlu pemeriksaan ya pemeriksaan,” Erna menambahkan.

Pemeriksaan ini, akan dilakukan tergantung pada kebutuhan kliennya sendiri. Biasanya, pihak TPBK akan mengadakan beberapa kali pertemuan dengan kliennya lalu setelah dikaji secara lebih rinci dan ternyata butuh pemeriksaan, pihak TPBK akan mendiskusikan kelanjutan pemeriksaan pada kliennya, dan semua itu gratis untuk mahasiswa Unpad.

Menjadi Pelayan bagi Mahasiswa Unpad

“Pada dasarnya yang datang ke TPBK, semua keputusan pada kliennya. Jadi berdasarkan diskusi antara klien dengan psikolognya. Jadi keputusan semua diserahkan kepada sang klien. Jadi kalau dengan psikolog tuh ada arahnya,” ujar Erna.

Erna berharap kehadiran TPBK bisa membantu anak Unpad menjadi lebih baik, utamanya pada permasalahan mereka sendiri. Mereka sadar bahwa, mereka ga sendiri. TPBK peduli dengan permasalahan yang mereka hadapi. Mahasiswa pun diharapkan agar tidak mengambil hal-hal yang lebih jauh terhadap permasalahan-permasalahan yang ada.

“Silakan datang ke TPBK, kita diskusiin bareng-bareng di sini. Ada orang lain yang mau mendengarkan, dan mau membantu kamu, begitu,” ungkap Erna.

Beberapa mahasiswa sudah mencoba layanan TPBK ini, mereka mengaku senang akan keberadaan TPBK. Firda Nia Apriana dan Nabil Fikri Firmansyah adalah dua diantaranya. Saat ditemui di Fakultas Psikologi sebelum masuk kelas mereka setuju bila dikatakan TPBK membantu permasalahan-permasalahan mereka.

Firda contohnya, ia mengatakan bahwa ia menjadi lebih baik setelah mengkonsultasikan masalah hubungannya kepada para konselor TPBK. Ia mengaku merasa cukup terbantu. Ia menanyakan hubungan pacarannya saat itu.

“Aku nanya ke TPBK tuh tentang hubungan sama pacar, aku ngerasa cukup terbantu sih, karena aku dapat saran-saran dari bisa dibilang ahlinya lah, gitu. Aku ngerasa sangat bermanfaat, karena aku kebantu jadi dapat pandangan baru. Gimana cara ambil langkah menjalani hubungan yang waktu itu rumit banget,” ujar Firda kepada dJATINANGOR.

Hal senada diutarakan oleh Nabil, ia mengaku keberadaan TPBK sangat membantu, karena saat ke TPBK akan langsung dilayani oleh para konselor yang ada. Ia pun menceritakan sedikit alur dalam TPBK.
“Jadi awalnya kita kaya check up gitu, ditanya ini orangnya kenapa. Setelah itu bakal dites, akhirnya ketahuan inti masalahnya itu apa. Setelah ketahuan inti masalahnya apa, langsung dipertemukan aku sama si psikolognya. Dan psikolognya akhirnya ngasih masukan-masukan yang sangat membantu, utamanya dari sisi psikologi saya sendiri dan berhubungan langsung dengan kejiwaan,” ujar Nabil dengan bangga.

Hal yang berbeda dikatakan oleh Firdha Ramadhany, mahasiswa Fakulta Ilmu Komunikasi. Ia mengaku kurang mendapatkan manfaat setelah melakukan konsul di TPBK, ia mengatakan bahwa konsul dengan TPBK terlalu lama prosesnya. “Karena terlalu lama prosesnya, jadi udah males ke sana lagi,” ujarnya.

Ia menambahkan, agar pihak TPBK lebih memberikan kepastian perihal jadwal pertemuan dengan kliennya. Hal ini diharapkan dapat memudahkan penyesuaian waktu juga dengan klien yang berkeinginan datang ke TPBK.

Lalu bagaimana kelanjutannya? Apakah tertarik mencoba? TPBK Fapsi Unpad berada di Gedung 1 Fakultas Psikologi Unpad lantai 1. Sesampainya, kita akan diarahkan oleh orang-orang yang ada di sana. Setelah itu tinggal menunggu, dan akan dipanggil untuk berdialog dengan konselor yang ada. Bisa daftar langsung di tempat pada hari Senin-Kamis, pukul 8 pagi sampai 4 sore.

 

(Nadhen Ivan)

Editor: Reza Pahlevi

3 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *