Berlomba-lomba Dahulu, Dananya Kapan-kapan

Penampilan Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unpad dalam 54th International Competition Of Choral Singing di Spittal an der Drau, Austria. Dalam lomba ini, PSM suksesmeraih gelar juara pertama kategori Folksong dan gelar runner-up pada kategori Choral Works. (Foto: dokumentasi PSM Unpad/unpadchoir.com)

Tahun lalu, hasil pemeringkatan perguruan tinggi Indonesia yang dilakukan oleh Kemenristekdikti menjadi perbincangan di kalangan civitas akademika Unpad. Sebabnya, komponen kemahasiswaan mendapat nilai terendah, sebesar 0,98. Tahun ini, hasil pemeringkatan baru justru menunjukkan peringkat Unpad yang turun lebih jauh, peringkat 14. Seturut penurunan peringkat itu, nilai komponen kegiatan kemahasiswaan turun menjadi 0,811.

Dalam komponen kegiatan kemahasiswaan, prestasi mahasiswa menjadi salah satu indikator. Dukungan perguruan tinggi terhadap kegiatan kemahasiswaan pun dipertimbangkan. Lantas, bagaimana peran rektorat dalam mendukung kegiatan kemahasiswaan di Unpad, khususnya terkait dana lomba?

SIAT dan Kerumitan Pendanaan Lomba

Mulai tahun 2017, Unpad mengeluarkan aturan baru mengenai sistem pendanaan kegiatan kemahasiswaan. Seluruh organisasi mahasiswa diharuskan mengajukan proposal kegiatan secara daring melalui portal Sistem Informasi dan Akademik Terpadu (SIAT). Begitu pula dengan organisasi mahasiswa di tingkat program studi dan fakultas.

Namun, berbeda dengan organisasi mahasiswa (ormawa) tingkat universitas yang proposalnya diseleksi langsung oleh Direktorat Pendidikan dan Kemahasiswaan (Dirdikmawa), ormawa tingkat fakultas masih tetap ditangani oleh manajer kemahasiswaan fakultas. Setelah diseleksi oleh manajer kemahasiswaan, barulah proposal itu disetor ke dan diseleksi oleh Dirdikmawa. Pada awal tahun, rektorat pun berencana membantu kegiatan kemahasiswaan dengan mayoritas pendanaan dalam bentuk barang. Belakangan cara pendanaan itu tidak berjalan dengan baik dan diprotes mahasiswa, sehingga  sudah tidak terdengar lagi wacananya.

Sistem SIAT, seperti diketahui, dimaksudkan agar pendanaan lebih mangkus, sangkil, dan tidak “bocor”. Namun, sistem ini dirasa mempersulit mahasiswa. Pendanaan kegiatan kini diprioritaskan untuk kegiatan prestatif. Untuk itu, kegiatan yang didanai akan disesuaikan dengan delapan poin Indikator Kinerja Kunci (IKK) dari Kemenristekdikti. Kedelapan poin tersebut adalah keikutsertaan lomba di tingkat nasional, keikutsertaan lomba di tingkat internasional, program kewirausahaan, kaderisasi dan rekrutmen, capacity building anggota organisasi, latihan dan kegiatan rutin, pengadaan dan pemeliharaan fasilitas penunjang kegiatan, serta presentasi ilmiah di seminar nasional.

Salah satu yang merasakan kesulitan dalam masalah pendanaan lomba itu adalah Rita Nurhasanah, ketua English Speaking Union (ESU).

“Sistem SIAT yang sekarang kaku banget. Dulu itu saya masukin (proposal kegiatan) Januari 2017 awal. Itu, kan, cuma perencanaan yang samar-samar  sifatnya. Maksudnya, kita belum tentu ikut itu (lomba yang diajukan di SIAT) dan ada lomba-lomba lain yang ternyata bisa diikuti, tapi gak ditulis (diajukan, red) di SIAT,” ujar Rita ketika ditemui pertengahan September lalu bersama anggota ESU Giovanni Nickson.

Ia menuturkan, pada satu kesempatan, ada perlombaan yang disetujui untuk didanai oleh rektorat, tetapi tidak jadi diikuti sebab Unpad sedang berada pada masa UTS. Ketika dana untuk lomba itu diminta dialihkan ke lomba lain, hal itu tidak disetujui oleh rektorat. Padahal, lomba yang ingin diikuti belakangan adalah lomba yang baru diadakan, sehingga tidak bisa diduga saat membuat proposal pendanaan. Ia juga mengaku belum tentu ingat semua lomba yang bisa diikuti saat mengisi SIAT pada awal tahun.

“Sebenarnya Unpad lumayan suportif. Misalnya, lomba debat tahun ini di Mexico (dananya) bisa turun. Dapat tiket (pesawat, red) untuk turun (mengikuti lomba),” kata Rita.

Kendala dalam pencairan dana lomba juga dirasakan oleh Vanda Sekar Yanti, ketua Paduan Suara Mahasiswa (PSM) Unpad. Vanda menjelaskan, dana lomba tidak dapat segera cair. Pihak rektorat justru meminta PSM menyelesaikan kegiatan terdahulu. Namun, ketika PSM sudah menjalankan prosedur yang diminta, dana lomba tak kunjung cair. PSM harus melakukan audiensi dengan rektor, wakil rektor, serta Dirdikmawa sebelum dana lomba diberikan. Dana lomba yang diberikan kepada PSM pun hanya untuk menutupi keperluan transportasi.

Sementara, untuk kepentingan latihan Vanda mengaku, ketika itu dana pelatih belum juga turun. Nasib dana pelatih itu juga, masih menurut Vanda, dirasakan oleh semua UKM Universitas.

Runyamnya pencairan dana lomba juga dihadapi oleh Unit Hoki Unpad (UHU) ketika hendak mengikuti lomba 4th Bali Hockey Festival pada 29 September-1 Oktober lalu. Dihubungi via pesan singkat pada Kamis (9/11), Fakhrizal D. Ramadhan selaku ketua UHU mengungkapkan, dana yang disetujui akan diberikan oleh pihak rektorat di awal tahun jumlahnya tidak sesuai dengan besaran dana yang mereka ajukan di SIAT. Hal ini membuat UHU tidak mungkin berangkat berpartisipasi dalam lomba. Bahkan hingga sekitar dua minggu sebelum lomba, dana untuk pendaftaran lomba belum juga turun.

“Katanya dana yang sudah di-­acc di awal tidak bisa diubah, tetapi sempat ada kabar akan ada revisi di tengah tahun. Ternyata tidak terealisasi (revisi proposal), padahal sudah ditunggu,” ujar Fakhrizal.

UHU akhirnya mendapatkan dana sesuai kebutuhan setelah melalui beberapa kali audiensi dengan pihak Dirdikkema. Sebelumnya, pihak Dirdikkema juga melihat prestasi-prestasi UHU terdahulu sebagai bahan pertimbangan pencairan dana lomba.

Mengenai pendanaan lomba ini, kami pun mewawancarai Mahasiswa Berprestasi Unpad 2017 Zulfajri Shidiq Taswin pada Senin (9/10) lalu. Menanggapi positif keberadaan SIAT untuk pendanaan lomba. “Positifnya SIAT itu (berpengaruh ke manajemen keuangan, -red). Benar-benar sudah jelas apa yang bakal turun, apa yang tidak,” ujar mahasiswa yang akrab disapa Fajri.

Walau begitu, Fajri mengakui masih banyak masalah dalam praktek penggunaan SIAT. Namun, bila sudah benar-benar berjalan dengan ideal, hal itu akan berpengaruh bagus pada pendanaan.

Terkait SIAT ini, Rektor Unpad dalam acara “Satu Hari bersama Bapak” yang diinisiasi BEM Kema pada 19 April lalu menyebut, mahasiswa harus mencatat agenda lomba yang akan terlaksana setiap tahun. Namun, dalam prakteknya, pergantian kepengurusan ormawa sedikit banyak memengaruhi pengetahuan mahasiswa terkait agenda lomba itu. Maka, mahasiswa dituntut memperhatikan pengarsipan kegiatan organisasi.

(Selanjutnya: Usaha para UKM atau individu menanggulangi dana yang tidak kunjung turun.)

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *