Terhitung sejak tahun ajaran 2019, Universitas Padjadjaran (Unpad) membuka tujuh program studi baru sarjana terapan di beberapa fakultas. Dilansir dari laman unpad.ac.id, Rina Indiastuti yang saat itu masih berstatus sebagai pelaksana rektor, mengatakan penyelanggaraan program studi vokasi sarjana terapan ini dibutuhkan untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja yang aplikatif di sektor industri.
Tujuh program studi sarjana terapan yang dibuka tahun ini adalah Akuntansi Sektor Publik, Bisnis Internasional, dan Pemasaran Digital pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB), Bisnis Logistik dan Kearsipan Digital pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP), Pariwisata Bahari pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan (FPIK), serta Agroteknopreuneur (Fakultas Pertanian, Fakultas Peternakan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, dan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan).
Akan tetapi, penambahan program studi baru menuai masalah di salah satu fakultas, yaitu Fisip. Ketua Bem Fisip saat itu, Riezal Ilham Pratama, menuturkan pengadaan program studi baru sarjana terapan di Fisip tidak melibatkan pihak fakultas dan mahasiswa Fisip. Sehingga pengadaan program studi baru terkesan mendadak, tanpa kesiapan sarana dan prasarana yang memadai. Salah satunya keterbatasan ruang perkuliahan.
“Pengadaan program studi baru di Fisip oleh rektorat tidak melibatkan mahasiswa Fisip dalam pengambilan keputusan ini. Padahal mahasiswa Fisip sudah sangat banyak dan ruang kelas tidak mencukupi,” ujar Riezal, saat ditemui di acara sosialisasi bakal calon rektor di Pusat Studi Bahasa Jepang (PSBJ) Fakultas Ilmu Budaya (19/9/19).
Saat dimintai keterangan via line, Wakil Ketua Bem Fisip saat itu, Robertus Willy Suyapto, menuturkan program studi baru ini tetap dilaksanakan meski terbatas ruang perkuliahan. Ia menuturkan hal ini terkesan dipaksakan oleh dekanat. Jadwal perkuliahan pun ada yang sampai pukul 18.00 WIB. Mahasiswa Fisip juga harus melaksanakan kuliah di beberapa tempat maupun fakultas lain di Unpad.
Hingga saat ini belum ada tidak lanjut terkait permasalahan ini, termasuk mengenai jam perkuliahan yang panjang. Willy juga menuturkan Fisip tidak bisa lagi membangun ruang perkuliahan baru.
“Terkait penambahan ruang kelas khususnya di Fisip sendiri, sudah dikonfirmasi bahwa pihak dekanat tidak bisa lagi menambah (ruang kelas) dikarenakan aturan terkait ruang terbuka hijau yang ditetapkan pemerintah,” pungkas Willy (25/10/19).
Tanggapan Dekan Fisip
Keterbatasan ruang perkuliahan di Fisip ditanggapi oleh Dekan Fisip, Widya Setiabudi, dalam siaran instagram tv BEM Fisip. Dalam instagram tv yang diunggah 28 Oktober tersebut, Widya menuturkan kapasitas ruang perkuliahan Fisip memang terbatas, sehingga harus mencari ruang perkuliahan lain di lingkungan Universitas Padjadjaran. Penentuan ruang perkuliahan ini ditentukan oleh pihak Roster Unpad.
“Mahasiswa Fisip itu juga mahasiswa Unpad, artinya juga boleh kuliah di seluruh lingkungan Unpad,” ujar Widya dalam instagram tv berjudul IDGAF #3: Alasan Kelas Kamu Bukan di Fisip.
Widya menjelaskan, untuk ke depannya Unpad ingin melaksanakan perkuliahan yang terintegrasi antar fakultas. Konsepnya dengan membangun dan menambah gedung-gedung kuliah bersama, terutama bagi mahasiswa angkatan baru. Misalnya, untuk mata kuliah Tahap Persiapan Bersama (TPB) dan Olahraga Kesenian dan Kreativitas (OKK). Sedangkan mahasiswa senior diutamakan untuk kuliah di gedung Fisip untuk memudahkan birokrasi dengan dosen.
Menurut Widya, Unpad berencana menambah gedung baru, tapi terkendala kebijakan pemerintah. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) saat ini sudah tidak dialokasikan untuk pembangunan gedung perkuliahan. Oleh karena itu, Unpad mencoba menarik kerjasama dengan misalnya, BUMN ataupun Pertamina.
“Doakan saja kita mendapat mitra yang sesuai,” pungkas Widya.
Suci Wulandari Putri
Editor: Ananda Putri