Demokrasi dan kebebasaran pers di Indonesia mengalami penurunan pada tahun 2023. Sejumlah kasus serangan dan hambatan kepada jurnalis pun mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. (Ilustrasi/iStock)
djatinangor.com — Indonesia sebagai negara demokrasi tentunya memiliki dinamika yang sangat beragam. Seperti indeks demokrasi yang memburuk di setiap tahunnya.
Freedom House membuktikan dalam 7 tahun indeks demokrasi Indonesia terus mengalami penurunan dari 65% (2017) menjadi 58% (2023). Penurunan sebesar 7% terbilang tidak signifikan. Namun banyak berdampak pada keberlangsungan Indonesia.
Seperti halnya Pers sebagai pilar demokrasi ke-4 berperan penting untuk kontrol sosial pada masyarakat serta membangun dinamika demokrasi yang sehat. Faktanya penurunan indeks demokrasi Indonesia sejalan dengan menurunnya kebebasan pers.
Terbukti dari hasil riset RSF (Reporters Sans Frontières) menunjukkan penurunan terhadap skor kebebasan pers Indonesia, yakni dari 63,23 poin pada 2019 menjadi 54,83 poin pada 2023.
Sering kali Insan Pers mengalami penyerangan hingga kekerasan dari beberapa pihak. Sepanjang 2023, tim Advokasi AJI (Aliansi Jurnalis Independen) mendapat 87 laporan kasus kekerasan jurnalis. Kekerasan fisik sejumlah 18 kasus mendominasi laporan tersebut.
Pelaku dari data kekerasan jurnalis didominasi oleh 3 pihak diantaranya: Orang tak dikenal (24 kasus), Polisi (18 kasus), dan Warga (14 kasus).
Ancaman kebebasan tak hanya dialami oleh para jurnalis. Selasa, 5 September 2023 terjadi peretasan pada akun resmi Instagram AJI (@aji.indonesia). Peretasan dilakukan oleh orang tak dikenal dengan mengunggah beberapa iklan gadget. Peretasan ini menjadi representasi dari masifnya kebocoran data di Indonesia.
Tahun 2024 menjadi puncak pesta demokrasi, pencalonan hingga kampanye politik terus digencarkan. Urgensi kebebasan Pers harus terus dijaga agar dapat memenuhi hak masyarakat dalam mengakses informasi secara objektif. Mari terus gencarkan dinamika demokrasi yang sehat agar pilar demokrasi berjalan sebagai pondasi negara yang sebenarnya.
Penulis: Fatihah Nuritsani
Editor: Ridho Danu