Pentingnya Meningkatkan Literasi di Tengah Kemerosotan Lingkungan Global

Peringatan Hari Lingkungan Hidup Sedunia dilaksanakan pada 5 Juni 2021. Dalam rangka memperingati hari tersebut, Kepala Sub Direktorat Perencanaan Adaptasi Perubahan Iklim, Anak Agung Gede Putra menunjukkan berbagai peristiwa yang menjadi dampak pemanasan global yang seringkali terjadi beberapa tahun belakangan.

“Bencana iklim seperti badai, gelombang pasang, banjir, kekeringan, gelombang panas, dan kebakaran hutan sangat sering terjadi. Bencana iklim sampai saat ini sulit diprediksi dan setiap tahun terus meningkat,” ujar Agung dalam webinar bertajuk ‘Climate Change Awareness and Covid-19 Crisis to Realize Green Economy’.

Lebih lanjut, dia memaparkan tentang berbagai sektor yang rentan terhadap perubahan iklim seperti bidang peternakan, kehutanan ekosistem, SDA atau Sumber Daya Air, kesehatan, pesisir laut atau pulau kecil, dan infrastruktur. Menurutnya, upaya untuk meminimalisir pemanasan global ini bisa melalui dua tahap.

“Untuk menyikapi perubahan iklim ini perlu melalui dua tindakan yakni mitigasi dan adaptasi, mitigasi bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca. Sedangkan, adaptasi berfungsi menurunkan kerentanan dan meningkatkan ketahanan iklim,” ujarnya.

Selain itu, pembicara lainnya yakni Senior Lecturer and Researcher at Department Economics University of Padjadjaran, Yayan Satyakti dalam presentasinya yakni Green Entrepreneurship and The Future of Green Jobs mengungkapkan, Indonesia  menghadapi tiga dilema atau trilema energi yang mempengaruhi terhadap lingkungan.

“Kita menghadapi trilema yakni terkait keamanan energi, mitigasi perubahan iklim, dan energy poverty. Energy Poverty ini berhubungan dengan kemiskinan dan akses energi bagi warga yang terisolir sehingga harga naik dan rantai ekonomi tidak stabil,” ujarnya. Dia menambahkan, upaya menghadapi trilema ini dapat dilakukan melalui penciptaan lapangan kerja terutama dari segi lingkungan.

 “Dengan anda menjadi enterpreneur, ini merupakan upaya terbaik karena anda bisa memberi kontribusi besar terhadap lingkungan ataupun ekonomi,” katanya.

Selanjutnya, Direktur Climate Institute, Putri Damayanti Potabuga menuturkan, selama ini banyak persepsi masyarakat mengenai bencana iklim disebabkan masyarakat perkotaan.

 “Kita jangan sepenuhnya menyalahkan masyarakat perkotaan, saya memang melihat banyak aktivis atau ormas yang menyebut sampah di laut karena masyarakat perkotaan, itu tidak sepenuhnya benar,” ujarnya.

Dia juga menyebutkan, penyebab dari kurangnya kesadaran terhadap pentingnya menjaga lingkungan juga dialami oleh seluruh lapisan masyarakat. Hal ini disebabkan, banyak masyarakat yang masih minim terhadap literasi.“Perlu balance dari sisi pengetahuan tentang lingkungan hidup baik di pesisir, kota atau di manapun semua harus memiliki pengetahuan yang sama,” katanya. (AC)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *