Serunya Jadi Chef Dadakan di kala Pandemi

Memasak kue kering menjadi pilihan saat pandemi dan menjelang lebaran (Foto: Ni Luh Lovenila)

Seperti yang diketahui, pandemi Covid-19 telah datang ke Indonesia sejak Maret lalu. Hal berdampak pada kegiatan masyarakat yang menjadi terhambat. Meski begitu, setelah beberapa bulan “Di Rumah Aja”, tidak membuat kreativitas para mahasiswa yang tengah menjalani kuliah daring terhenti. Selain kesibukan mengikuti kuliah, memasak menjadi salah satu alternatif kegiatan kala stress menghadapi terpaan kabar-kabar negatif tentang Covid-19.

Dilansir dari laman Huffpost dengan judul artikelnya “Why Cooking is The Ultimate Stress Reliever”memasak dapat membantu meredakan tingkat stress. Memasak ternyata dinilai sama dengan kegiatan terapi seperti terapi musik (music therapy) atau terapi seni (art therapy). Memasak sendiri dinamakan kitchen therapy yang juga termasuk dalam langkah perawatan di beberapa klinik untuk kondisi mental tertentu seperti depresi, ADHD, kecemasan, dan lain-lain.

Jika diperhatikan, selama beberapa bulan terakhir wajah media sosial juga dipenuhi foto-foto makanan hasil buatan sendiri dan tutorial memasak. Belum lagi, lebaran yang sebentar lagi datang, secara tidak langsung meminta kita untuk produktif memasak makanan untuk hari raya.

Bagi Annisa Rizkia, seorang mahasiswa Fikom Unpad, memasak merupakan kegiatan yang biasa ia lakukan ketika bosan di rumah. Ia bercerita bahwa ia sudah senang memasak semenjak merantau kuliah. Namun, peralatan memasak saat itu belum memadai. Sejak kuliah daring dan PSBB diterapkan, peralatan memasak Annisa sudah semua hadir di dapurnya. Saat itulah eksperimen Annisa dalam dunia memasak dilaksanakan.

“Aku kalau mengerjakan tugas biasanya siang. Jadi pagi, tuh, biasanya masak. Mungkin bisa dibilang kegiatan aku sehari-hari cuma dua: masak dan mengerjakan tugas,” ucapnya sambil tertawa.

Hal yang sama juga dilakukan oleh Nabilah yang juga mahasiswa Fikom Unpad, Nabilah bercerita kegiatan memasaknya selama pandemi ini hanya coba-coba dari bahan yang ada.

“Iseng aja, sih, soalnya lagi nggak ada makanan terus karena ada bahan ya sudah, bikin sebisanya aja. Biasanya terinspirasi dari resep-resep di medsos gitu,” ujar Nabilah saat ditanyai motivasi memasaknya.

Masakan andalan Annisa kurang lebih sama seperti Nabilah, yaitu berbagai macam kue. Namun, Annisa juga gemar memasak lauk dan hidangan utama seperti ayam teriyaki, berbagai variasi nasi goreng, ayam kung pao, dan masih banyak lagi.

Saat ditanya apakah kegiatan memasak dilakukan bersama orang lain atau sendirian, Annisa mengaku melakukan semuanya sendiri. Berbeda dengan Nabilah yang dibantu oleh Ibundanya di setiap masakannya.

“Kebanyakan (masak) sendiri. Rata-rata keluargaku nggak suka manis karena aku sering buatnya pastry kan, tapi kalo kue-kue lebaran biasanya sama ibuku,” cerita Annisa.

Annisa bercerita bahwa ia belajar memasak dari platform YouTube. Alasannya belajar menggunakan video, karena lebih mudah dimengerti dibandingkan saat membaca buku memasak. Saat menjajal buku-buku resep dari kakeknya, Annisa kesulitan memahami langkah apa yang harus dilakukan.

Tips dari Annisa ketika memasak adalah jangan terlalu percaya dengan resep-resep yang mudah. “Mending cari yang agak sulit sedikit, yang memang tekniknya jelas dan ribet. Karena itu kemungkinan gagalnya lebih sedikit. Contohnya ketika aku nggak mau ribet sama kue lebaran, akhirnya mencoba resep di Instagram yang mudah. Tapi gagal semua,” ucapnya. “Begitu aku pakai resep dari Farah Quinn yang sulit, nastarku jadi nggak pernah gagal.”

Berbeda dengan Annisa, Nabilah justru menyarankan untuk jangan pernah takut mencoba memasak dan mulai dengan yang mudah. Ketika pandemi dan diharuskan di rumah, buat waktu kosong untuk menjelajah hobi dan masakan.

“Jangan takut untuk mencoba, apalagi kalau punya banyak waktu. Explore terus saja masakan-masakan yang gampang untuk dimasak,” tutup Nabilah.

 

Penulis: Ni Luh Lovenila

Editor: Putri Shaina

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *