Tahun 2019 tidak begitu berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya bagi Lembaga Penerbitan dan Pers Mahasiswa (LPPM) dJatinangor. Isu kampus masih menjadi sorotan hangat, terlebih tahun ini Universitas Padjadjaran (Unpad) memiliki rektor baru. Sedangkan di luar kampus, bermacam isu juga bermunculan. Isu-isu tersebut coba dJatinangor sampaikan dalam bentuk tulisan, photo story, dan videografi. Akan tetapi, kami memang lebih banyak memproduksi tulisan dan isu kampus masih menjadi isu yang paling banyak dibaca sepanjang tahun 2019.
Berikut ini kami menghitung mundur tulisan-tulisan dJatinangor paling banyak dibaca sepanjang tahun 2019.
Mengenal Calon Ketua BEM
Tulisan terpopuler ketiga tahun ini berjudul Obrolan Malam Bersama Punggawa Raih Cakrawala. Frasa Raih Cakrawala yang cukup banyak diperbincangkan sekitar satu bulan kemarin adalah jargon dari pasangan calon nomor urut satu di kontestasi pemilihan raya mahasiwa (Prama) Unpad 2019. Paslon nomor urut satu ini digawangi oleh Riezal Ilham Pratama dan Mursalaatul Urfan, yang kemudian juga memenangkan kontestasi tersebut.
Tulisan ini berhasil dibaca sebanyak — kali dalam waktu dua minggu. Tulisan ini merupakan hasil dari bincang malam di Bale Pabukon antara Riezal dan Urfan, bersama dua kru dJatinangor, Erlangga Pratama dan Ananda Putri. Perbincangan ini meliputi visi misi hingga program kerja unggulan yang dibawa dalam kontestasi Prama Unpad.
Kami menulis ini untuk menginformasikan lebih banyak tentang calon ketua BEM kepada calon pemilih. Mengingat, panitia Prama memberi batasan waktu dalam mengakses informasi tentang paslon ketua BEM. Untuk membuka akses tersebut, maka tulisan ini pun hadir.
Harapannya, jumlah pembaca yang cukup banyak menggambarkan kepedulian civitas akademika Unpad untuk turut berpartisipasi dalam kegiatan kampus dan kemahasiswaan. Baik sebagai pemilih, pengkritik, oposisi, ataupun pengawal kebijakan dan kegiatan yang dilakukan oleh BEM Kema Unpad.
Catatan Merah BEM di Akhir Kepengurusan
Di urutan kedua, isu tentang BEM menjadi isu yang menarik bagi pembaca. Kali ini tentang catatan merah yang dibuat BEM Kabinet Mahakarya terkait status anggotanya. Isu ini berawal dari keikutsertaan anggota non aktif atau alumni dalam kegiatan BEM Kema Unpad.
Hingga awal bulan Desember saja, tulisan berjudul Polemik Aturan Keanggotaan di Penghujung Kepengurusan BEM Kema ini sudah dibaca sebanyak — kali di situs dJatinangor. Setelah sebelumnya sempat ramai diperbincangkan juga di laman-laman media sosial.
Dalam kasus ini, Imam Syahid sebagai Ketua BEM Kema tidak hanya terlambat mengeluarkan SK pemberhentian, tapi juga mengizinkan pengurus BEM Kema yang telah selesai masa studinya untuk tetap mengikuti kegiatan strategis BEM. Seperti rapat atau kegiatan lain yang berstatus internal. Lewat tulisan yang disusun oleh Muhammad Arfan, Imam pun memberikan klarifikasi atas hal ini.
Kami berharap, tulisan ini bisa menjadi pengingat untuk kepengurusan berikutnya. Bukan hanya BEM Kema Unpad, tapi juga seluruh organisasi kemahasiswaan. Untuk memahami dan menjalankan aturan dengan baik.
Isu Rektor Menempati Puncak
Tulisan dengan pembaca terbanyak tahun ini diberikan kepada tulisan berjudul Akankah Unpad Baik Tanpa Rektor? Sebuah tulisan hasil wawancara dengan Ahli Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran dan Pakar Pendidikan yang membahas soal kekosongan kursi rektor di Universitas Padjadjaran. Dipublikasikan tanggal 29 Maret 2019 lalu, tulisan ini berhasil dibaca sebanyak 277 kali hingga Desember 2019.
Kala itu suasana pemilihan Rektor memang cukup panas, civitas akademika merasa ada yang tidak baik dari rangkaian pemilihan rektor Unpad kali ini. Pengunduran waktu pemilihan hingga pelanggaran-pelanggaran mewarnai pemilihan rektor. Mahasiswa juga tidak sekali mendesak agar pemilihan rektor segera diselesaikan. Sesaat sebelum berita tersebut ditulis, wacana pelaksana tugas rektor santer terdengar, hingga akhirnya terwujud beberapa saat setelah tulisan tersebut dipublikasi.
Kalau diibaratkan dengan pesawat, maka rektor adalah pilot perguruan tinggi. Bagaimana jika perjalanan sebuah pesawat tidak dipimpin atau dibersamai oleh seorang pilot? Sangat besar kemungkinan perjalanan itu akan gagal, begitu pun dengan universitas tanpa rektor. Karena itu, pemilihan rektor kala itu harus segera diselesaikan.
dJatinangor pun melalui Erlangga Pratama dan Ni Luh Lovenila membuat tulisan ini. Harapannya bukan saja menginformasikan dan mendorong civitas akademika untuk mendesak penyelesaian kasus pemilihan rektor, tapi juga terus mengawal berbagai isu demi kehidupan kampus yang lebih demokratis.
Redaksi