Obrolan Malam Bersama Punggawa Raih Cakrawala

Ramainya toko kopi di samping Bale Pabukon, Jatinangor, Jumat (15/11) malam itu terasa berbeda. Semua kursi dan meja yang disediakan pun penuh dengan beratnya diskusi dan gelakan tawa plus tegukan kopi serta minuman lainnya. Usut punya usut, tim sukses dan pendukung salah satu pasangan calon (paslon) BEM Kema Unpad sedang mengadakan kopi darat di sana.

Malam itu kami duduk di sana, bertanya-tanya tentang hilangnya toko buku di Bale Pabukon, bersamaan dengan saat itu, Riezal Ilham (FISIP 2016) dan Mursalaatul Urfan (FMIPA 2016) datang menghampiri meja kami. Mereka berdua merupakan pasangan calon (paslon) nomor urut 1 dalam kontestasi Pemilihan Raya Mahasiswa (Prama) Unpad.

Kami memang sengaja bertemu keduanya untuk berbincang terkait kontestasi Prama yang sudah berjalan sejak 10 Oktober lalu. Untuk memulai perbincangan malam itu, maka kami tanyakan alasan keduanya memilih satu sama lain untuk dijadikan teman atau kita sebut partner dalam kontestasi ini.

“Kalau secara tata negara kita kan seperti federasi, semua kelembagaan setara. Aku menilai dalam menjalankan BEM fakultas, Riezal selalu konsolidasi dengan himpunan jadi sikap atau keputusan yang diambil fakultas dapat mewakili entitas yang ada. Selain itu Riezal adalah orang yang bergerak dengan penuh landasan,” penilaian Urfan terhadap Riezal yang merupakan Ketua BEM Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) itu.

Lanjutnya, Urfan menilai pasangannya sebagai sosok yang penuh ketenangan dan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Hal tersebutlah yang ia sebut melengkapi dirinya yang lebih reaktif, responsif, dan spontan dalam mengambil keputusan

Riezal dan Urfan pun sepakat bahwa kebersamaan mereka dalam kontestasi ini bukan hanya sekadar dilandasi kenyamanan, namun juga segmentasi mahasiswa yang ia pimpin saat ini. Urfan yang juga memimpin BEM Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan (FMIPA) yang di dalamnya terdapat banyak himpunan layaknya himpunan di FISIP.  “Menurut penilaian saya BEM FMIPA saat ini memiliki pergeseran dan perubahan nilai yang mana itu adalah suatu hal sulit tetapi Urfan bisa melakukan itu,” tambah Riezal.

 

Menghadapi Keberagaman dan Apatisme

Obrolan kami pun berlanjut, kali ini mempertanyakan akan seperti apa gaya kepemimpinan yang diterapkan oleh paslon nomor 1 ini. Urfan terlebih ingin menerapkan budaya kerja silih asah silih asih silih asuh sesuai ajaran Tatar Sunda. Silih asah akan berbicara bagaimana BEM Kema Unpad dalam setiap prosesnya memiliki orientasi self development leadership, mengembangkan satu sama lain, adaptif, dan berprogres. Di dalamnya akan ada proses feedback cycle secara berkala.

Gaya kepemimpinan yang akan coba diterapkan disebutnya sebagai transformational leadership. Proses kepemimpinan yang inspirasional yang memaksimalkan pembagian peran dan jabatan di struktur. Kemudian mendengar setiap saran di badan kepengurusan serta berperan adaptif, karena pada prosesnya, keputusan dan perencanaan di awal akan selalu mengalami penyesuasian ketika diterapkan di lapangan.

“Kami agak anti dengan segala hal yang dilakukan langsung oleh pimpinan—dikit-dikit ketuanya mana—padahal ada yang lain toh kita sama-sama menanamkan tanggung jawab dan peran. Hal tersebut sebagai bentuk belajar, berkembang, dan ruang untuk berkreasi,” imbuh Riezal saat menanggapi penjelasan Urfan.

Ada juga soal servant leadership yang dinilai Riezal perlu diterapkan di BEM Kema Unpad. “Kami ingin menjadi pemimpin yang melayani, karena pada prinsipnya kami dibayar dengan kepercayaan, dan saya percaya kepercayaan itu mahal. Kita membayar kepercayaan itu lewat kinerja yang baik,” jelas Riezal.

Obrolan yang semakin seru malam itu berlanjut pada pertanyaan terkait tantangan terbesar yang dihadapi oleh Kema Unpad saat ini. Keduanya pun sepakat terdapat dua hal yang menjadi tantangan terbesar kami, yaitu apatisme dan keberagaman.

Terkait keberagaman, Riezal berbicara bagaimana Unpad terdiri dari banyak entitas yang semuanya punya kekhasan yang tidak bisa diintervensi oleh BEM Kema. Sehingga perlu mengolaborasikan keberagaman yang dimiliki dan mereka nyaman untuk dirangkul serta menunjukkan apa yang mereka punya. Keberagaman tersebut harus menjadi sesuatu yang optimal dan memberi manfaat.

Carannya adalah dengan membuka forum bersama di awal tahun bersama semua elemen yang ada—fakultas, UKM, himpunan—dijadikan yang akan terbagi menjadi tiga pertemuan karena kebutuhannya berbeda. Diskusinya akan seputar program kerja dan bagaimana keterlibatan BEM Kema di dalamnya. Pelaksanaan diskusi juga atas keputusan bersama. Adanya diskusi diharapkan dapat terjalin kolaborasi supaya tidak terjadi tumpang tindih. Jumlah pertemuan sendiri akan terus dibicarakan sesuai dengan kebutuhan Kema Unpad.

Urfan mengimbuhkan tantangannya harus memperluas segmentasi dengan harapan bisa menyasar semua elemen. Program yang BEM Kema Unpad lakukan harus sesuai kebutuhan dari setiap lini. Maka dari itu secara strategi Riezal-Urfan harus memperkuat substansi riset dan datanya, hal ini juga sudah ditinjau dengan RDP (Riset Data Publik) yang nantinya akan menjadi pondasi semua lini. Tantangan lainnya adalah BEM Kema sebagai pengelola potensi dan harus memperkuat konsep tersebut agar bisa menyasar semua potensi.

“Kami juga harus merangkul pihak rektorat yang pastinya telah menyiapkan sesuatu untuk teman-teman mahasiswa dan optimalisasi fungsi MWA (Majelis Wali Amanat Unpad). Intinya program yang kami terapkan nantinya tidak akan menjadi pembatas untuk sistem fungsionaris berbagai elemen dan sasaran kolaborasi kami nantinya,” ujar Riezal.

Bicara soal keinginannya merangkul rektor, hal tersebut mengingatkan kami pada satu pertanyaan yang akhirnya kami sampaikan kepada Riezal dan Urfan. Pertanyaan perihal sejalan atau tidaknya mereka dengan rektor baru.

Riezal menyebutkan bahwa kita harus sejalan. Salah satunya adalah misi rektor untuk membawa Unpad menjadi universitas 500 terbaik dunia. Tapi nantinya ketika kita sejalan dengan visi misi sang rektor bukan berarti kita harus selalu manut sama semua keputusan atau peraturan yang dibuat. Bentuk sejalannya kami adalah mendukung Unpad sebagai PTN BH (Berbadan Hukum) tetapi harus juga memastikan dukungan kami berorientasi terhadap kesejahteraan mahasiswa.

Di awal kepengurusan komunikasi persuasif dengan rektorat akan dibangun, dan akan dilakukan secara berkala. Terkait berapa kali pertemuannya, akan menjadi suatu hal yang insidental. Namun kuncinya, bagaimana kita mengoptimalkan peran komunikasi dengan stakeholder terkait salah satunya rektorat sendiri.

Riezal, calon Ketua BEM Kema Unpad 2020, nomor urut 1. Foto: Erlangga Pratama

Kompetensi TPB dan Keresahan PSDKU

Setelah soal gaya kepemimpinan dan tantangan, kami lanjutkan obrolan, tetapi kali ini mulai ke ranah akademik, taitu TPB dan OKK. Saat ditanya mengenai efektivitas TPB dan OKK Riezal berujar, pada praktiknya  seharusnya menjadi penanaman jiwa keunpadan dan jembatan transisi bagi para mahasiswa baru. Akan tetapi dalam pelaksanaannya terlihat selalu adanya kekurangsiapan dari rektorat.

“Hal ini juga menyiapkan teman-teman khususnya mahasiwa baru supaya tidak kaget, saat jadi siswa menjadi mahasiswa ada transisinya. Mereka diajarkan untuk menggunakan sitasi, footnote,daftar pustaka dalam mengerjakan tugas, dan etika tentang plagiarisme. TPB kan salah satu upaya untuk mengenalkan hal-hal tersebut. harapan saya tentang TPB dan OKK yang penting mah tepat guna, tepat mutu dan tepat sasaran, jangan sampai dibikin tapi tidak tepat. Sesederhana kasus dosen bahasa Inggris gak bisa bahasa Inggris, mereka (rektorat) harus detail siapa mengajar apa,” ujar Riezal disusul gelak tawa. Sebelumnya, ia sempat menjelaskan polemik yang ia temukan di TPB salah satunya kompetensi dosen dalam mengajar.

Pertanyaan kami lanjutkan, kali ini mengenai tanggapan keduanya seputar Program Studi di Luar Kampus Utama  (PSDKU) Pangandaran dan Garut tak lupa. Urfan mengemukakan  dari sisi kemahasiswaan banyak yang mengeluh tentang kejelasan kegiatan kemahasiswaan di sana, salah satunya adalah koordinator daerah (Korda) sebagai representasi BEM Kema Unpad yang berasal dari hasil penunjukan dan bukan pemilihan secara demokratis oleh  mahasiswa PSDKU. Maka kemudian hal yang menjadi konsentrasi paslon nomor urut satu ke depan adalah bagaimana legalitas kepengurusan korda dan kegiatan kemahasiswaannya.

Riezal menambahkan terkait akademik yang diterapkan yaitu blocking. Hal tersebut dikarenakan keterbatasan jumlah dosen serta kemampuan dosen dalam mengimbangi tugasnya di Jatinangor dan (dalam contoh ini) Pangandaran.

“Contoh kasus teman-teman dari Fapet (Fakultas Peternakan), mereka pagi kuliah, siangnya praktikum, malamnya mengerjakan laporan praktikum, besoknya mereka UTS bahkan UAS. Lalu tugas yang kalau di sini bisa dikerjakan dalam jangka waktu seminggu atau dua minggu di mereka tidak sampai segitu karena sistemnya block di mana dosennya dihabiskan selama delapan pertemuan matkul dia terus setiap hari sama dia,” ucapnya.

Setelah datang ke tempat PSDKU Pangandaran, banyak keresahan yang membuat mereka merasa dianaktirikan khususnya karena sistem akademik yang tidak jelas, ditambah UKT yang mereka harus bayar terlampau tinggi. “Kami akan berusaha untuk menghilangkan stigma tersebut,” tambahnya.

Beberapa fasilitas di kampus PSDKU Pangandaran pun belum terlalu maksimal, seperti akses jalan yang buruk dan kurangnya alat praktikum. Meski demikian, perencanaan fasilitas yang akan dibangun juga akan lengkap, seperti asrama, amphiteater, stasdion olahraga, hotel, hingga kolam berenang. Riezal menambahkan itu baru PSDKU bukan Kampus Jauh seperti di Garut.

“Karena kebetulan kami habis dari sana, sebenarnya sedih kalau dengar ceritanya. salah satu dari mereka ada yang bertanya jika ketika akang terpilih nanti bolehkah kami bergabung di BEM Kema Unpad. Saya heran mengapa bisa bertanya seperti itu, setelah dicari tahu ternyata tahun ini PSDKU (Pangandaran) dan Kampus Jauh (Garut) tidak dilibatkan ke dalam kepengurusan BEM Kema Unpad. Sedangkan di Garut sama sekali tidak ada representasi dari BEM Kema  Unpad, berbeda dengan di Pangandaran yang punya korda yang juga merupakan bagian dari BEM Kema. Padahal dari segi keterjangkauan, Garut dan Jatinangor hanya memerlukan waktu sejam,” ungkapnya.

Urfan, calon Wakil Ketua BEM Kema Unpad nomor urut 1. Foto: Erlangga

Pacar Unpad Mengatasi Isu Mental Health

Dalam misi yang disebut Caring Inside, Urfan menyebutkan bahwa fungsi advokasi yang preventif dan proaktif akan mereka usung. Padjadjaran Care atau Pacar Unpad sebagai salah satu produk BEM Kema Unpad akan ia otpimalkan dalam fungsi advokasi. Optimalisasi yang dijabarkan antara lain dengan pemanfaatan teknologi seperti penambahan fitur autochat dan lain-lain. Selain itu membuat database keresahan atau permasalahan Kema Unpad ditujukan sebagai pemetaan permasalahan dan solusi.

“Kita menggarisbawahi permasalahan mental health yang akan kita coba optimalkan melalui perespon keluhan atau staff APM (advokasi dan pelayanan mahasiswa). Dari hasil obrolan dengan anak APM, isu mental health jadi isu yang sering disampaikan ke Pacar Unpad dari Kema Unpad. “Yang akan kita optimalkan adalah bentuk pelatihan terkait mental health. Gak bisa sembarangan kalo ngomongin mental health. Hal yang dioptimalkan kemudian membuat training of trainer buat penangan kepada staff APM yang mengkoordinasikan isu ini,” tambah Urfan..

Selain itu, maksud dari preventif dan proaktif yang dijabarkan sebelumnya adalah membuat forum dengan berbagai elemen kemahasiswaan salah satunya APM di setiap BEM fakultas. Fungsi komunikasi kepada BEM fakultas dibuat agar referensi terkait permasalahan dan solusi bisa menjadi lebih beragam. Hal ini diharapkan mampu menjawab banyak permasalahan dengan tepat karena perspektif serta referensi yang terhimpun dari forum tersebut. “Proaktif dan preventif dengan semangat empowering,” tambahnya.

Kemudian Riezal menambahkan tentang pentingnya pencegahan dalam menangani permasalahan. Salah satunya adalah menggalakan mental first aid yang bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran dan entitas lain. Hal ini dibuat agar Kema Unpad lebih tersadarkan lagi perihal isu mental health yang sama pentingnya dengan isu kesehatan fisik.

“Januari nanti, bakal banyak permasalahan yang masuk seperti praktisnya telat bayar UKT atau gak bisa bayar. Kita akan kasih informasi mengenai bagaimana menghadapi situasi tersebut sebelum masalah tersebut muncul. Pastinya juga kita akan bekerja sama dengan rektorat,” ujar Riezal.

Dalam misi yang dijabarkan, mereka mencoba untuk menerapkan hubungan yang disebut collaborative governance. Terkait hal tersebut kami pun meminta keduanya untuk menjelaskan maksud dari dua kata itu.

Nah collaborative government ini dalam konsepnya adalah pemerintahan yang berkolaborasi dengan berbagai elemen BEM fakultas, himpunan, UKM, bahkan alumni. Jangan sampai semua ditentukan oleh BEM Kema Unpad atau kami berdua doang yang mikir. Semua potensi yang ada dikembangkan bersama, nggak semua kami take over. BEM Kema Unpad tidak boleh sendiri dalam menyelesaikan permasalahan Kema Unpad. Makanya kami akan bicara tentang berkolaborasi dan mengembangkan elemen yang ada agar elemen tersebut bisa optimal. Bicara tentang BEM Kema, tidak boleh hanya BEM Kema Unpad yang bersinar. Tetapi juga BEM fakultas, himpunan, dan UKM bersinar bersama-sama. Karena Kema milik semua bukan hanya BEM Kema,” ungkapnya Riezal.

Program kerja paslon yang melibatkan masyarakat salah satunya yang menjadi program unggulan bertajuk Culturepreneur Festival. Dalam program unggulan ini, Riezal dan Urfan tidak hanya ingin melibatkan mahasiswa melainkan ingin melibatkan masyarakat sekitar. Selain ingin membawa nilai-nilai paguyuban dan wadah aktualisasi diri. Pun program pengabdian yang tentunya tidak dikelola sendiri, paslon akan berkolaborasi dengan fakultas, himpunan, dan lain sebagainya.

“Sering gak sih merasakan ada program seni yang merasakan dan masuk mahasiswa? Jarang masarakat Jatinangor punya (akses untuk) masuk. Culturepreneur Festival adalah upaya itu. Selain dari paguyuban, kenapa kita gak ngasih tahu apa yang dipunya masyarakat Jatinangor?” tambah Riezal.

Selain Culturepreuneur, mereka juga memiliki program untuk mengoptimalisasikan peran BEM Kema Unpad kepada masyarakat lainnya, Riezal-Urfan ingin adanya optimalisasi peran pengabdian setiap himpunan dan BEM fakultas nantinya. Melalui pemetaan desa yang sebelumnya telah dilakukan, mereka ingin memberikan potensi serta permasalahan setiap desa yang kelak bisa menjadi bekal setiap himpunan atau BEM fakultas dalam merencakan program pengabdiannya.

Tambahnya, jangan sampai di satu desa terdapat lebih dari satu bentuk pengabdian yang bentuknya sama. Kolaborasi dengan bentuk saling melengkapi akan mereka arahkan atau mengarahkan ke desa lainnya di Jatinangor yang sesuai dengan bentuk pengabdiannya.

“Prinsipnya sustain. Jangan sampai program pengabdian bertabrakan dengan OKK. Selain itu kita akan bawa advokasi kemasyarakatan seperti membahas penanganan sampah di Jatinangor, pedestrian, dan lain-lain. Kita hadir juga untuk mengadvokasikan masalah masyarakat,” tambah Urfan.

Bicara mahasiswa, kita juga cenderung akan membicarakan pergerakan, kami pun juga menanyakan hal ini pada keduanya. Soal pergerakan, Riezal-Urfan mengungkapkan bahwa semua itu harus berangkat dari keresahan bersama agar semuanya representatif. Oleh karenanya program unggulan Diskusik atau diskusi asik diutamakan sebagai fondasi pergerakan.

“Teman-teman ngerasa gak sih kalo buat aksi atau pernyataan sikap itu punya Kema Unpad? Maka kita ingin ke depannya dalam pergerakan bisa representatif, minimal bicara sama fakultas atau elemen pergerakan lewat konsolidasi. Jangan sampai BEM Kema Unpad pergi aksi, saya dan Urfan bicara di mimbar, tapi mahasiswanya sendiri gak tahu kalau isu yang di bawa apa, bahkan gak tahu kalau ada aksi dan terlebih ada yang menantang. Kalau misalnya seperti itu, kita mewakili suara siapa?” ungkap Riezal.

Pergerakan yang dimaksud adalah pergerakan yang dilandaskan keinginan dan kemauan bersama dari Kema Unpad. Riezal mengibaratkan seperti aksi 24 September lalu ketika banyak mahasiswa dari Unpad terjun bukan dari paksaan BEM Kema Unpad, namun atas keresahan bersama.

Erlangga Pratama, Novita Caesaria, Ananda Putri

Editor: Tamimah Ashilah

 

1 Comment

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *