Kawan Bhinneka Bercerita tentang Toleransi

Peserta sedang mengikuti acara “Main Bareng Kawan Bhinneka, Yuk!” yang dilaksanakan pada Minggu (21/10) lalu di Sono Creative Space, Jatinangor. Acara ini diadakan oleh komunitas sosial, Kawan Bhinneka. Foto oleh: Novita Caesaria Putri.

 

Senyum lebar terpancar, gelak tawa memenuhi ruangan. Anak-anak berebut kartu yang  berisi nama-nama mereka. Begitulah keramaian acara bertajuk “Main Bareng Kawan Bhinneka, Yuk!” yang dilaksanakan pada Minggu (21/10) lalu di Sono Creative Space, Jatinangor. Acara yang menargetkan peserta usia 6-9 tahun ini diselenggarakan oleh komunitas Kawan Bhinneka. Rangkaian acaranya terdiri dari story telling, menggambar dan mewarnai, bernyanyi dan menari, hingga kuis berhadiah.

Acara tersebut diadakan sebagai salah satu cara mengenalkan toleransi pada anak sejak dini. Anak-anak yang diundang berasal dari Taman Pengajian Anak, Jatinangor Education Care, dan Sekolah Minggu. Dipertemukannya dua kelompok dengan latar belakang agama yang berbeda ini diharapkan bisa menjadi sarana untuk mengenal perbedaan. Acara ini pun bermula dari keresahan para penggagas komunitas Kawan Bhinneka terkait kurangnya komunitas yang menyebarkan nilai-nilai toleransi. Padahal, isu intoleransi adalah salah satu sumber konflik di Indonesia.

Tema toleransi yang diangkat juga terlihat dari dongeng yang dibawakan oleh Kak Sasa, pendongeng yang hadir di acara tersebut. Dongeng itu bercerita tentang Chris, bocah lelaki penganut Kristen dan beretnis Cina yang pindah ke Bandung. Di tempat barunya, ia sempat mengalami penolakan dari teman-teman baru. Tapi, akhirnya berhasil menjalin pertemanan setelah suatu peristiwa. Dongeng tersebut menyimpan pesan, perbedaan bukan penghalang untuk bersatu dan persatuan dapat membawa kebaikan.

Dalam acara tersebut Kawan Bhinneka juga membagikan buku cerita yang sekaligus menjadi buku pertama mereka. Kawan Bhinneka percaya buku cerita dapat menjadi medium yang efektif untuk menyampaikan isu-isu kompleks seperti toleransi. Tentunya dengan bahasa yang sederhana dan mudah dimengerti.

“Harapan dari diadakannya acara ini, yang pasti kita bisa menumbuhkan rasa toleransi itu sendiri tanpa anak-anak itu sadar. Jadi, masuk ke kepala mereka tanpa harus dicekokin. Mungkin kalau dilihat impactnya belum kelihatan. Tapi, kalau komunitas ini bisa lebih besar, harapannya 10-15 tahun (ke depan) nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika bisa semakin utuh,” ujar Adhia sebagai ketua pelaksana.

Kawan Bhinneka sebagai komunitas yang bergerak di bidang sosial masih berumur muda karena didirikan pada September lalu. Komunitas ini fokus kepada isu-isu toleransi untuk memperkuat nilai-nilai Bhinneka Tunggal Ika sejak dini. Berawal dari buah pikiran tiga orang yakni Adhia, Nia, dan Arum, kini anggota Kawan Bhinneka mencapai 32 orang yang datang dari berbagai latar belakang.

Novita Caesaria Putri

Editor: Ananda Putri

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *